Mohon tunggu...
Qiu Mattane Lao
Qiu Mattane Lao Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Film & literature enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendaki Kawah Ijen Bagian I

23 Juni 2015   13:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama aku ingin mendaki gunung, soalnya kelihatannya asyik, menantang dan seru, sebagaimana sering aku baca di juga di komik kesukaanku ‘Nathalie’ karya Sergio Salma serta kisah-kisah para traveler.

Bukan kebetulan ayahku juga seorang anggota pecinta Alam yang bergabung di UKM PA Leuser Unsyiah. Ayahku termasuk dalam tim pendaki pertama yang berhasil mencapai Puncak Gunung Leuser melalui jalur selatan dengan titik awal pendakian desa Peulumat di Aceh Selatan, yang ditempuh selama 22 hari. Jadi aku sangat sering mendengarkan kisah pendakian.

Hari Kamis tanggal 9 April 2015 kemarin, akhirnya kesempatan yang sangat kutunggu-tunggu itu datang. Teman lamaku Jeanne yang sekarang tinggal di Perancis, berlibur ke Bali bersama keluarganya, dia menelepon untuk mengajakku serta untuk diajak mendaki ke puncak kawah Ijen. Gunung yang sebelumnya hanya aku lihat di berbagai acara petualangan di TV dan juga pelajaran IPS dan PPKN.


Aku dan Jeanne

Sebenarnya sebelumnya aku sudah pernah ke gunung, pertama ke Bur Gayo yang terletak di belakang rumahku di Dedalu, Takengen. Lalu aku juga pernah ke Mount Titlis di Luzern, Swiss dan juga Gunung Fuji di Jepang. Tapi waktu ke Bur Gayo, untuk sampai ke puncaknya aku naik mobil, di Mont Titlis aku naik kereta gantung dan di Gunung Fuji naik bis, itupun cuma sampai di kakinya.

Karena itulah aku semangat sekali waktu menerima ajakan temanku ini. Aku segera menyiapkan perlengkapanku. Mulai dari sepatu gunung, jacket, ransel, sarung tangan, syal, masker, perlengkapan mandi dan pakaian ganti yang semuanya aku masukkan ke dalam koperku. Rasanya aku tidak sabar menunggu pagi.

Jum’at tanggal 10 April 2015, pukul 6.30 pagi kami berangkat dari rumah dengan mobil yang disopiri Om Kadek. Kami melewati jalur selatan pulau Bali, dari Tabanan lalu melintasi Negara, ibukota Kabupaten Jembrana. Aku sudah mengunjungi hampir seluruh bagian pulau Bali, tapi baru pertama kali melewati daerah ini.

Di Jembrana kami berhenti di Pura Rambut Siwi. Om Kadek yang menyopiri mobil kami, sebagaimana semua penganut Hindu yang akan menyeberang ke pulau Jawa, singgah untuk sembahyang dan berdo’a di Pura Rambut Siwi salah satu dari 7 pura di tepi pantai yang dibangun oleh Pendeta Agung Bali, Dang Hyang Nirartha sebagai penopang dan penolak bala dan bencana yang datang dari laut yang akan menghantam pulau Bali. Konon Pura ini dinamai demikian karena di Pura ini, sang Pendeta Agung meninggalkan rambutnya.

Pura Rambut Siwi yang di bagian barat Pulau Bali ini adalah Pura besar terakhir yang bisa ditemui di pulau Bali sebelum kita menyeberang ke Pulau Jawa.

Kami makan siang di Puri Dajuma, sebuah restoran dan hotel yang letaknya tepat di tepi pantai. Aku dan Jeanne sempat turun mencari kerang di sana, sehabis makan.


Mencari Kerang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun