Hello Kompasianers,
Dalam penulisan kali ini, saya ingin menuliskan mengenai emosi manusia dan seberapa rumitnya pikiran manusia dari pengalaman pribadi saya sendiri. Dalam berbagai pengalaman saya baik pekerjaan, asmara, pertemanan selalu menghadapi satu masalah yang sama yaitu berpikiran terlalu banyak. Tetapi saya tahu itu terjadi karena ketidak percayaan pada diri sendiri, saya sendiri sangat paham akan hal itu. Ketika kita tidak percaya diri maka kita akan berpikiran terlalu rumit ditambah pribadi aku dengan latar belakang komunikasi sehingga suka menerka-nerka makna dibalik setiap gerakan tubuh, pesan yang disampaikan ; Kenapa dia bersikap seperti ini? Apakah dia ingin menyampaikan sesuatu? Apakah dia sedang marah? dan seterusnya.
Ini sangat berkaitan dengan masa kecil saya, sewaktu saya kecil saya ingin melakukan banyak hal. Namun sebagai seorang yang bungsu dari 6 bersaudara, saya merasa banyak sekali mata yang tertuju pada saya. Saya setiap saat bisa ditegur sehingga saya lebih memilih diam. Ketika saya ingin melakukan sesuatu, mengikuti panduan nyanyi, marching band, selalu ada suara dari Sang Bunda " Ngapain panas-panasan begitu? Nanti kamu sakit; "Sudah kamu fokus ke pelajaran kamu saja. Jadi, sejak saat itu saya memilih tidak melakukan apapun, karena setiap kali saya ingin melakukan sesuatu akan mendapatkan respon negatif. So, itu membekas sampai sekarang ini, setiap saya mengerjakan sesuatu yang baru saya akan memikirkan negatifnya, bagaimana kalau ini terjadi? Bagaimana kalau itu terjadi? Apa saya siap untuk menerima kondisi terburuk?
Tetapi setelah lulus sekolah bekerja dan kemudian saya pindah keluar kota sendiri, saya merasakan sebuah kebebasan yang tidak pernah saya rasakan dan saya menemukan sebuah solusi dari permasalahan saya tentang berpikiran negatif dari diri saya, suka berpikir terlalu banyak adalah dengan menghadapi masalah tersebut. Saya seringkali akan berpikir, "Ah, tar juga ditolak mending nanti aja telponnya manatahu dia sedang ga mood sekarang" (Menghindar). Bila aku sudah memiliki pikiran seperti itu, saya harus memaksakan diri saya untuk melakukan sebaliknya dengan menelpon orang tersebut dan hasilnya benar-benar di luar dugaan saya, semua hal yang saya khawatirkan tidak pernah terjadi.
Saya tidak tahu apakah ada orang di luar sana yang mempunyai permasalahan seperti saya, saya cuma bisa bilang lakukan apa yang menjadi kebalikan dari pemikiran kita yang negatif dan hadapilah permasalahan tersebut. Setiap kali saya menghadapi sebuah permasalahan baru dari khawatir dan mikir banyak sampai berhasil menyelesaikan permasalahan tersebut, saya sadar kalau saya terus meningkatkan kepercayaan diri saya dalam berbagai hal. Ingatlah, setiap kali kita bertemu hal baru, kita akan takut dan khawatir tapi semua akan ada jawaban asalkan kita terus berjalan kedepan.
Begitu pula dengan asmara saya, ini adalah hal yang baru buat saya juga dan saya belajar sangat banyak .....tapi saya lanjut untuk next aja ya guys.
Thank for Kompasiana dan pembaca.
Cheers
Andy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H