Mohon tunggu...
DJOKO MOERNANTYO
DJOKO MOERNANTYO Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Laki-laki biasa-biasa saja. Berujar lewat kata-kata, bersahabat lewat dialog. Menulis adalah energinya. Suka BurgerKill, DeadSquad, Didi Kempot, Chrisye & Iwan Fals. Semoga mencerahkan :)\r\n\r\n@personal blog:\r\n#airputihku.wordpress.com\r\n#baladaatmo.blogspot.com #Follow: Twitter: @matakucingku\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[CeritaKopiku] Kopi Lanang Banyuwangi: Aromanya Seksi, Rasanya Galak

11 Juni 2015   00:50 Diperbarui: 3 Agustus 2015   00:10 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kini saya berkelana ke Banyuwangi. Kota di ujung Jawa Timur ini menjadi gerbang terakhir sebelum menyeberang ke Pulau Bali. Seorang sahabat lama, memilih menetap di kota yang terkenal dengan kawah Ijen-nya. Dari dialah, saya berkenalan dengan Kopi Lanang, kopi andalan kota Banyuwangi. Konon, kopi ini adalah berkah dari sebuah kesalahan. Kok?


MENGAPA saya sebut kopi ini kesalahan yang membawa berkah? Biji kopi pada umumnya adalah dikotil [berbiji dua]. Mau jenis apapun, bijinya adalah dikotil. Nah, Kopi Lanang ini berbeda, karena hanya berbiji tunggal. Menurut sahibul hikayat, dulu ketika petani memisahkan biji kopi, biji tunggal dipisahkan karena dianggap “kopi gagal”. Ternyata kemudian setiap panen terkumpul cukup banyak kopi biji tunggal itu. Alhasil, ketimbang dibuang, akhirnya diolah lagi. Dalam perkembangannya, kopi gagal ini malah menjadi salah satu ciri khas yang tidak ditemukan di tempat lain.

Kopi Lanang adalah jenis robusta hasil penyortiran dari panen kopi yang berbiji bulat dan tunggal. Kopi Lanang biasanya mencapai sekitar 2 – 5 % dari total produksi. Di Perkebunan Malangsari, Banyuwangi, rata-rata produksi pertahun mencapai 1.700 ton, sehingga kopi lanang yang dihasilkan hanya sekitar 34 s.d 85 ton/tahun. Tidak bisa disebut missal sih.

Lalu mengapa disebut Kopi Lanang? Lanang dalam bahasa Jawa artinya laki-laki. Artinya, kopi ini kopi laki-laki. Khasiatnya juga lebih ditujukan kepada laki-laki, seperti misalnya meningkatkan vitalitas dan gairah. Embel-embel seperti itu biasanya berhasil untuk membentuk branding yang kuat. Ada penjelasan ilmiahnya sih. Kopi Lanang ini diyakini sarat dengan kandungan kafein, sekitar 2.1%, karenanya mampu meningkatkan vitalitas pria. Kandungan senyawa tribulus terrestris merupakan suplemen herbal popular yang sangat berguna untuk meningkatkan kadar testosteron, gairah seks, dan dehydroepiandrosterone (DHEA). Dan kandungan-kandungan itu diklaim ada di Kopi Lanang. Malah kabarnya juga bisa mencegah alzeimer, kanker prostat, dan meningkatkan produksi hormon testoteron dan progesterone. Saya tidak berani mengatakan hal itu betul, karena belum pernah membaca atau menemukan hasil risetnya.

Sebagai laki-laki normal dan maniak kopi, embel-embel vitalitas itu menarik perhatian saya, selain ingin menjajal rasa dan aromanya tentu saja. Untuk yang pertama, saya tidak bisa mengatakan ada dampaknya. Karena setiap orang penikmat punya pengalaman masing-masing. Tapi merasakan lebih ngejreng dalam artian mata makin melek, dan makin susah tidur, betul. Sesaat dituang air panas, aromanya sudah beredar di seputaran area saya berada. Seorang kawan malah sempat nyeletuk, “kopi apaan sih, baunya seksi banget.” Hmm, seksi sepertinya istilah yang tepat untuk aromanya, bukan rasanya.

Lalu bagaimana rasanya? Kalau Anda tidak suka rasa kuat, sedikit asam, dan tajam menempel di lidah dan dinding mulut, tinggalkan kopi ini. Karena itu yang bakal Anda rasakan. Agak berbanding terbalik dengan aromanya yang seolah-olah manis, rasanya malah sedikit “galak” apalagi untuk pengopi pemula. Repotnya, rasa pahit asamnya itu, nggak mau hilang cepat-cepat dari mulut, alias nempel berkepanjangan. Saya tidak merekomendasikan untuk Anda yang biasa mengguyur tenggorokan dengan cappucino, mochacino atau blended macam-macam seperti di Starbuck misalnya.

Apakah hanya untuk laki-laki saja? Jangan terkecoh dengan nama dan propaganda namanya. Kopi Lanag ini bisa dan biasa dinikmati juga oleh kaum perempuan. Kalau kemudian kaum perempuan juga –konon—merasa greng, saran saya sih ngopi bareng pasangan sahnya. Kalau tidak, bisa berabe…..

Sampai ketemu di cerita kopi lainnya, dari daerah yang berbeda lagi….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun