Mohon tunggu...
DJOKO MOERNANTYO
DJOKO MOERNANTYO Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Laki-laki biasa-biasa saja. Berujar lewat kata-kata, bersahabat lewat dialog. Menulis adalah energinya. Suka BurgerKill, DeadSquad, Didi Kempot, Chrisye & Iwan Fals. Semoga mencerahkan :)\r\n\r\n@personal blog:\r\n#airputihku.wordpress.com\r\n#baladaatmo.blogspot.com #Follow: Twitter: @matakucingku\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

[CeritaKopiku] Kopi Atjeh - Bikin Melotot di Rasa & Aromanya

11 Juni 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petualangan ngopi saya, beringsut ke Provinsi Nangroe Actjeh Darussalam. Apa yang Anda bayangkan ketika menginjakkan kaki ke Atjeh? Selain syariat Islam, ganja adalah trade-mark daerah ini. Maaf, ini hanya guyonan antar kawan, gegara keseringan membaca penggrebekan ladang ganja berhektar-hektar di sana. Dan urusan kopi pun, masih ada korelasinya dengan ganja. Tidak percaya? 

DARI beberapa literasi yang saya baca, sebelum akhirnya disadari punya daya jual yang cukup mahal, ganja adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Konon, sampai sekarang masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan ganja sebagai penyedap rasa dalam masakan. Saya yang sebelumnya sempat mendapat informasi tentang kopi [bercampur] ganja ini, mencoba kasak-kusuk mencarinya. Agak beresiko, karena salah-salah kita malah dianggap pamakai ganja sebagai narkoba.

Lewat seorang kawan, saya berhasil mendapat sebungkus plastik besar, kopi yang kabarnya sudah dicampur ganja. Harus saya jelaskan, intnya adalah kopi dan ganja hanya sebagai penyedap saja. Kalau bicara komposisi, mungkin hanya 2 % persen dari keseluruhan komponen. Kalau biasanya kopi adalah campuran arabika dan robusta, kini campurannya adalah ganja. Penasaran rasanya?

Ketika sempat bertugas di Atjeh, setiap pagi saya selalu menemukan pria-pria bersarung, nongkrong di warung kopi sambil ngobrol dan merokok. Yang saya perhatikan  komposisi kopi yang sudah diminum. Alamak! Hampir separuh gelas untuk kopinya saja. Saya membayangkan, pasti pahit banget. Benarkah? Kabarnya, Kopi terenak berasal dari Ulee Kareng.

Sesampai di penginapan, saya buru-buru memesan air panas dan cangkir kecil. Penasaran dengan kopi yang kata kawan saya, bisa membuat kita melotot atau kliyengan. Opsi yang sama-sama bikin penasaran sih. Oh ya, aroma kopinya memang harum. Bahkan sepanjang perjalanan, banyak orang yang menoleh ke arah saya, karena mencium aroma kopi yang saya bawa. Agak bingung juga, aroma kopinya yang enak, atau mereka heran masih ada juga yang berani nenteng kopi campur ganja. Ha..ha....

Takaran yang biasa saya lakukan, segera saya tuang dengan air panas. Benera, satu kamar tiba-tiba langsung seperti di spa dengan kopi sebagai lulurannya. Aroma kopi langsung menyeruak  tajam. Oh ya, saya tanpa gula ya. Dan srupuuuuut.......damned! Rasanya dahsyat! Pahit, tajam, aromanya kuat dan ada unsur sedap. Soal enak nggak enak, memang selera, tapi buat saya, Kopi Atjeh ini salah satu yang enak.  Padahal dari penjelasan kawan saya, dibuatnya secara tradisional dengan manual. 

Saya nekat membuat secangkir lagi, meski alunan detak jantung mulai berubah lebih cepat. Nagih. Saya sih yakin, bukan faktor ganjanya, tapi memang kopnya nikmat. Teksturnya agak kasar dan meninggalkan ampas yang cukup merepotkan ketika menempel di gigi.  Dan efeknya yang langsung terasa, entah sugesti atai tidak ya, saya “terpaksa” melek sampai pagi. Mengapa terpaksa, karena awalnya saya mau tidur cepat.

Sampai bersua di cerita kopi selanjutnya, di daerah yang berbeda lagi.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun