Petualangan ngopi saya, beringsut ke Provinsi Nangroe Actjeh Darussalam. Apa yang Anda bayangkan ketika menginjakkan kaki ke Atjeh? Selain syariat Islam, ganja adalah trade-mark daerah ini. Maaf, ini hanya guyonan antar kawan, gegara keseringan membaca penggrebekan ladang ganja berhektar-hektar di sana. Dan urusan kopi pun, masih ada korelasinya dengan ganja. Tidak percaya?
DARI beberapa literasi yang saya baca, sebelum akhirnya disadari punya daya jual yang cukup mahal, ganja adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Konon, sampai sekarang masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan ganja sebagai penyedap rasa dalam masakan. Saya yang sebelumnya sempat mendapat informasi tentang kopi [bercampur] ganja ini, mencoba kasak-kusuk mencarinya. Agak beresiko, karena salah-salah kita malah dianggap pamakai ganja sebagai narkoba.
Lewat seorang kawan, saya berhasil mendapat sebungkus plastik besar, kopi yang kabarnya sudah dicampur ganja. Harus saya jelaskan, intnya adalah kopi dan ganja hanya sebagai penyedap saja. Kalau bicara komposisi, mungkin hanya 2 % persen dari keseluruhan komponen. Kalau biasanya kopi adalah campuran arabika dan robusta, kini campurannya adalah ganja. Penasaran rasanya?
Ketika sempat bertugas di Atjeh, setiap pagi saya selalu menemukan pria-pria bersarung, nongkrong di warung kopi sambil ngobrol dan merokok. Yang saya perhatikan komposisi kopi yang sudah diminum. Alamak! Hampir separuh gelas untuk kopinya saja. Saya membayangkan, pasti pahit banget. Benarkah? Kabarnya, Kopi terenak berasal dari Ulee Kareng.
Takaran yang biasa saya lakukan, segera saya tuang dengan air panas. Benera, satu kamar tiba-tiba langsung seperti di spa dengan kopi sebagai lulurannya. Aroma kopi langsung menyeruak tajam. Oh ya, saya tanpa gula ya. Dan srupuuuuut.......damned! Rasanya dahsyat! Pahit, tajam, aromanya kuat dan ada unsur sedap. Soal enak nggak enak, memang selera, tapi buat saya, Kopi Atjeh ini salah satu yang enak. Padahal dari penjelasan kawan saya, dibuatnya secara tradisional dengan manual.
Sampai bersua di cerita kopi selanjutnya, di daerah yang berbeda lagi.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H