File. Microchip. Foto. Video. Buku. Kaset. CD. Piringan Hitam. Koran. Majalah. Musik.Â
Teks-teks ini hadir di layar pertunjukan video maping pertunjukan Hades Fading (Hades Memudar). Bentuk ini memberi gambaran imajinasi suasana ruang hidup para tokoh-tokohnya.
Karya Hades Fading merupakan 20 tahun kolaborasi vokal dan multibahasa antara Mainteater dengan seniman-seniman Bandung dan Melbourne. Permainan visual teks, lampu yang dramatis di balik jaring putih tipis, musik yang melenting-berdegup membuat pertunjukan teater Hades Fading begitu indah.
Visual yang ditembakan ke atas jaring putih tipis dengan jenis font dan ilustrasi yang mewakili keadaan. Permainan musik menjadi satu pertunjukan adegan di atas panggung membuat suasana semakin dramatis sehingga memainkan emosi penonton.
Sandra Fiona Long sebagai sutradara dan penulis naskah menggarapnya dengan detil dan serius. Ini bisa saya rasakan ketika satu pertunjukan 1 jam 30 menit pertunjukan mampu dinikmati dengan stabil. Tak hanya saya sebagai penonton, para aktor bermain dengan stabil. Setiap visual, dialog, permainan gestur, penguasaan bloking panggung, memberi kisah.
Suasana amphiteater di Nu Art Sculpture begitu tenang, angin tipis melengkapi panggung yang siap menawarkan keindahan pertunjukan. Berdiri tegak bambu-bambu sebagai rangka dan batas ruang kehidupan Hades. Lalu panggung dibalut oleh jaring putih, berlapis-lapis, sesekali dibuka untuk menunjukan sebuah masa, keadaan, perubahan ruang dan suasana.
Melalui Hades Fading, penonton diajak berimajinasi kita ke masa apokaliptik dengan latar mitologi. Namun penggunaan kosa kata, komentar-komentar netizen, perkembangan teknologi, menjadi analogi proses melintas batas penyampaian keadaan nasib Eurydice saat itu.Â
Permainan kolaborasi para aktor, suara-suara, harpa, alat tiup, video, suasana di Nu Art menjadi satu kesatuan pertunjukan yang saling memberi energi. Menyisakan banyak pertanyaan, perenungan, rasa.Â
Naskah dialog para aktor ini sendiri dibawakan secara multibahasa; bahasa Indonesia, Inggris, lalu sedikit muncul bahasa Sunda dan Jerman. Unsur-unsur panggung mencuri semua perhatian mata, telinga, rasa.
Layar jaring putih tidak hanya menjadi media subtitle dialog itu, tapi dimainkan jadi estetis. Satu kesatuan pertunjukan yang artistik permainan font, besar kecil huruf, warna, cahaya.
Alur dialog panjang aktor menggunakan bahasa yang beragam, tetap dapat kita nikmati informasinya dari permainan visual tersebut. Jadi tidak terganggu sama sekali. Visual menjadi jembatan penuturan kisah pertunjukan, penonton tetap mendapatkan pesan yang ingin disampaikan dari pertunjukan ini meski beda bahasa.Â
Permainan lampu warna biru mendominasi, seolah mewadahi proses pencarian diri, kegelisahan dan kebebasan bersikap dalam waktu bersamaan. Tentang pencarian diri, menyusun file ingatan-ingatan, asal muasal yang membuat keberadaannya hadir pada saatnya sekarang.Â
Proses latihan secara intens dilakukan oleh aktor berbasis di Bandung, Heliana Sinaga, Wawan Sofwan, Godi Suwarna, Rinrin Candraresmi. Musisi dan vokalis yang berbasis di Melbourne-Ria Soemardjo, musisi Bandung-Sisca Guzheng Harp, perancang kostum dan panggung dari Melbourne-Emily Barrie, seniman video maping dan bambu-Deden Bulqini dan penata lampu-Aji Sangiaji, berlatih bersama dari pagi hingga malam.
Seluruh proses pencarian bentuk, menghafal naskah, latihan di berbagai sudut difasilitasi penuh oleh Nu Art selama satu bulan penuh. Tidak hanya latihan, mereka semua mendapat rumah untuk beristirahat di Nu Art. Sebuah support yang luar biasa untuk hasil pertunjukan teater yang menarik.Â
Saya mendapatkan kolaborasi kedua negara ini mampu merangkul dua budaya menjadi satu sajian pertunjukan yang indah. Jalan cerita dan hasil eksekusi bentuk-bentuk simbolik pertunjukan seperti sudah diperhitungkan dapat diserap oleh masing-masing budaya: Indonesia dan Australia. Karena pertunjukan Hades Fading ini, selanjutnya akan dipentaskan di La Mama Theater, Melbourne, menjadi bagian dari acara Asia Topa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H