Satu bulan ke belakang ini, Kota Bandung sedang ramai oleh beragam gelaran karya seni. Â Perayaan keseniaan, kebudayaan dan komunitas selama satu bulan penuh. Â Seni yang dibidik ada teater, tari, seni rupa, musik, sastra dari tanggal 25 September-25 Oktober 2017. Â Acara disebar diberbagai titik kantung budaya, galeri dan merespons ruang-ruang publik sebagai media/ruang seni. Â Informasi lengkap ada di senibandung.id.
Sayangnya, hanya beberapa event yang baru saya nikmati. Â Pertunjukan teater Bandoeng Mooi di CCL, lomba baca puisi piala Rendra dan Mural Sastra di seputar Ledeng. Â Padahal banyak sekali pertunjukan yang menarik dan melibatkan banyak seniman dan penulis berkarya.Â
Acara ini sebagai bentuk respons pemerintah pada penggiat seni yang punya daya militansi tinggi. Â Sebagai kota urban, Kota Bandung menjadi salah satu kota yang terbuka terhadap beragam budaya dan bentuk-bentuk kesenian. Â Dengan adanya sekolah-sekolah yang mempelajari ilmu seni, ini pun memberi pengaruh banyak membentuk orang-orang membuat langkah-langkah berani dan membangun ruang-ruang kreatif dengan cara merespons pergerakan kehidupan sosial kotanya.Â
Seperti yang disampaikan oleh salah satu koordinator Mural Sastra yaitu Zulfa Nasrulloh:
"Mural Sastra ini adalah mural tapi didalamnya terdapat kutipan sastra. Â Ini program yang di gagas oleh komite sastra dari perhelatan Seni Bandung #1. Â Adapun di Ledeng, si puisi ditentukan mungkin sama kutipan puisi memiliki irisan persoalan dengan kondisi di gang-nya. Â Dan disini disesuaikan dengan karakter si pemuralnya. Â Kang Mufti jadi pemural di Ledeng dengan membawa puisi dari kutipan puisi Benny R Budiman, Saini KM dan Kang Iman Soleh. Â Ketiganya berbicara persoalan krisis identitas masyarakat di sebuah kota besar, pemaknaan kota, gang, jalan, udara bagi seseorang yang hidup di kota."
Dari sinilah bertumbuhan kantung-kantung budaya, galeri, ruang-ruang diskusi, komunitas-komunitas dengan beragam kesukaan. Â Kreatifitas masyarakat yang bersifat individual ini menarik inspirasi dan membuka referensi hidup. Â Kita menjadi terbuka dalam berbagai bentuk, apakah musik, tulisan, mural, drawing, pertunjukan teater dan gerakan seni yang menyentuh kehidupan bermasyarakat.Â
Dengan adanya ruang-ruang diskusi dan mengapresiasi karya, bertumbuhan ide dan berbagai hal yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan, perbaikan dengan bentuk karya seni. Â Seperti halnya salah satu bentuk membangun apresiasi remaja pada karya seni dengan diadakan lomba baca puisi piala Rendra. Â Lomba ini melibatkan mahasiswa dan anak-anak SMA. Â Secara tak langsung, kegiatan ini membangun referensi anak muda terhadap sastrawan Indonesia dan hasil karyanya.Â
Menurut saya, Bandung Seni menjadi salah satu kegiatan menarik, membuat nafas kota menjadi beragam  berbunga, menjadi jembatan yang menghubungkan satu komunitas dengan komunitas lain.  Kegiatan kesenian yang bisa membuka referensi seni budaya yang bertumbuh bersamaan dengan hiruk pikuk kota dengan segala pergerakannya.Â
Foto dan youtube: Imatakubesar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H