"Mungkin ada satu keping yang salah, masa dari tadi saya gagal melulu!" seloroh temanku yang gagal menyelesaikan satu sisi rubik. Hampir sebulan yang lalu kami kembali memainkan mainan lama : Rubick Cube (Kubus Rubik), sebuah teka-teki mekanik yang ditemukan pada 1974 oleh pemahat dan profesor arsitektur Hungaria Ernő Rubik. Kubus ini terbuat dari plastik terdiri dari 26 kubus kecil yang berputar pada poros yang terlihat. Setiap sisi dari kubus ini memiliki sembilan permukaan yang terdiri dari enam warna yang berbeda. Ketika teka-teki ini terpecahkan setiap sisi dari kubus ini memiliki satu warna dan warna yang berbeda dengan sisi lainnya. Ketika kembali memutar sisi-sisi kubus itu, sulit juga rasanya. Meskipun hanya untuk satu sisi warna saja. Tapi dengan mencoba berulang-ulang, akhirnya berhasil juga aku menyusun satu sisi. Ya, baru satu sisi. "Sudah pernah berhasil bikin semua sisi berwarna sama?" tanya temanku lagi. "Belum!" jawabku Pertanyaan itu ternyata bikin aku penasaran. Berhari-hari kucoba, hasilnya nihil. "Pasti ada rumusnya!" kata temanku. "Pasti, tapi aku belum dapat rumusnya." "Cari di internet dong!" sarannya. "Capek ah, mending kita refreshing ke toko buku, yuk!" ajakku, kebetulan ada beberapa novel yang sedang kuburu. Kebetulan memang bisa terjadi kapan dan dimana saja. Ketika aku sedang antri di kasir toko buku untuk membayar beberapa novel yang kuincar, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah buku kecil dan tipis tentang cara main rubik, karangan Wicaksono Adi. Langsung saja kuambil dengan harapan ada rumus untuk menuntaskan penasaranku terhadap kubus itu. Sampai di rumah, kusimpan novel di rak buku, dan langsung mempraktikkan panduan buku rubik itu. Hasilnya? Yihaa! Setelah dengan santai mengikuti panduan dan mencoba berjam-jam, akhirnya berhasil juga kususun 6 sisi kubus yang telah membuatku penasaran berhari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H