Catatan ini sekedar merekam gejolak kekecewaan yang sempat dirasakan Kompasianer, terkait iB Kompasiana Blogging Day, 29 Juli 2010. Sejatinya, kegiatan ini menjadi ajang citizen journalistic via internet. Namun kendala teknis membuyarkan tujuan utama dari kegiatan ini. Memang tak bisa dipungkiri bahwa kegagalan loading menjadi pemicu kekecewaan banyak Kompasianer. Akupun berkali-kali gagal. Dari 8 draft yang sudah kusiapkan, Alhamdulillah hanya 4 yang terpublikasi. Itupun baru kuketahui setelah ada teman yang memberitahu lewat milis komunitas blogger. Selama mengalami kegagalan itu, pasti yang kita lakukan hampir sama. Klik refresh berkali-kali, gemas berkali-kali, memegang kepala berkali-kali, dan segala ekspresi kegelisahan. Saat mengalami hal itu, akupun membayangkan para Kompasianer yang senasib-seperasaan. Maka akupun sempat beristirahat, melepaskan kekecewaan dengan menyalakan Photoshop saja. Hasilnya seperti ini : Setelah melampiaskan dalam gambar di atas, maka kekecewaan pun mereda. Kuperhatikan facebook teman-teman yang kecewa dengan tragedi ini. Begitupun dengan wall Iskandar Jet, wall Kompasiana, wall Blogging Day, yang penuh dengan umpatan. Wajar mereka marah-marah, karena dengan cara itulah mungkin amarah terlampiaskan. Bukan cuma itu. Ada juga Kompasianer yang membuat grup "Gerakan Kompasianer: 100 menit 1000 Omelan". Gerakan tersebut bahkan mengoleksi sekitar 30 Link kekecewaan dari peserta Blogging Day. Yang kutangkap, kekecewaan itu memicu kreativitas. Kegagalan loading pada iB Kompasiana Blogging Day, telah memicu semangat menulis Kompasianer. Itulah ekspresi kekecewaan. Dan itu perlu dilakukan agar kemarahan itu tak meledak di hati, tak memecahkan kepala. Cukup tabung gas 3 Kg. saja yang meledak (hehehe.... ngaco dikit ah). Aku yakin, malam ini pun beberapa Kompasianer yang kecewa, sudah mampu meredakannya sendiri. Sudah mau memahami bahwa yang kecewa bukan hanya kompasianer. Jajaran admin pun kecewa dengan tragedi ini. Bahkan bukan sekedar kecewa, tapi MALU. Dan malu itu lebih berat bebannya ketimbang kecewa saja. Akhirnya admin Kompasiana sudah menyampaikan permohonan maaf. Jadi apa lagi pilihan kita selain memaafkan? Kompasianer pasti yakin, memaafkan itu menyerap dan menebar energi positif. Marah itu menyerap dan menebar energi negatif. Jadi, semarah apapun kita. Lampiaskan saja dengan cara kita sendiri. Namun setelah itu, maafkanlah. Jabat erat! iklan :D "Vote my Post" :
- jikamau tentram, jangan mendendam
- harga diri seorang waria
- bang namun: banyak artis bego!
- setahun jadi kompasianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H