Mohon tunggu...
Mataharitimoer (MT)
Mataharitimoer (MT) Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger, bekerja paruh waktu dalam kegiatan literasi digital untuk isu freedom of expression dan toleransi lintas iman.

menulis sesempatnya saja | tidak bergabung dengan partai politik apapun Buku yang ditulis : Jihad Terlarang (2007, 2011), Guru Kehidupan (2010), Biarkan Baduy Bicara (2009), Ekspedisi Walisongo (2011). Bang Namun dan Mpok Geboy (2012)\r\n \r\nJabat erat!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

6 Kesalahan Upline MLM

19 September 2010   04:49 Diperbarui: 4 April 2017   17:40 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_262276" align="alignleft" width="300" caption="picture from google search"][/caption] Biasanya materi motivasi di kalangan bisnis Multi Level Marketing (MLM) selalu menjadikan downline sebagai obyek topik. Downline harus begini, harus begitu. Meskipun saat memberikan motivasi, kata "downline" diganti dengan kata "Anda". Tulisan ini akan menyoroti tentang sikap upline yang dapat mempengaruhi perkembangan jaringan.

  • Upline otoriter dan merasa lebih pintar Dalam berinteraksi dengan downline, upline selalu ingin pernyataannya didengarkan. Tak memberikan kesempatan pada downline untuk  menyampaikan pemikirannya. "Kalau mau sukses, patuhlah pada upline!" begitu biasanya upline bicara. Upline seperti ini merasa hanya dialah yang bisa memberikan motivasi, sedangkan downline adalah kambing gembala yang harus mengikuti apa kata upline. Upline seperti ini harus mau belajar menghargai orang-orang yang ada di bawahnya. Belajar dari betapa stressnya orang-orang kaya yang ditinggalkan pembantunya saat mudik.
  • Upline tidak mau berinvestasi Konsep keberhasilan sebuah jaringan adalah investasi pada jaringan itu sendiri. Upline mesti berani menginvestasikan uangnya untuk membantu jaringan yang memang perlu dikembangkan untuk peningkatan kariernya sendiri. Jangan hanya memberikan motivasi dalam bentuk kata-kata semangat, luar biasa, dahsyat, dan sejenisnya. Fakta membuktikan, upline yang berani meminjamkan uang pada jaringannya sebagai modal perputaran produk, justru akan mengalami keuntungan karier dan finansial. Upline seperti ini harus belajar dari model investasi konvensional.
  • Upline meminta downline fokus nekad Upline meminta downline mempehakakan diri dari pekerjaannya (misalnya dari pegawai/buruh/karyawan), agar bisa fokus pada MLM, tetapi tanpa jaminan. Ketika downline menuruti permintaan upline, tak ada tanggung jawab dan jaminan yang diberikan oleh upline terhadap downline yang patuh itu. Keputusan yang diambil downline amat berani. Mestinya keberanian tersebut tak hanya dihibur dengan sebatas kata-kata motivasi, tetapi dengan dukungan nyata dari sang upline, misalnya dukungan modal dan tenaga untuk mengembangkan jaringannya. Ini terkait dengan poin sebelumnya tentang investasi. Upline yang seperti ini sama saja mengajak downline memilih jalan nekad, bahkan akan menjerumuskan downlinenya dalam kesengsaraan. Upline yang seperti ini akan dibenci oleh downline, ketika pada akhirnya tak juga mendapatkan perubahan atas keputusan nekad berdasarkan "racun" sang upline.
  • Upline hanya pandai berkata-kata tanpa konsistensi Upline sering mengucapkan kata-kata yang ia sendiri tak pernah melakukannya. Misalnya, "Jika anda mau sukses, lakukan presentasi sehari 50x!" Padahal ia sendiri kerjanya hanya bercuap-cuap di depan downlinenya, tanpa melakukan presentasi di luar. Upline seperti ini hanya akan menunggu waktu beberapa hari untuk menikmati kehancuran jaringan yang telah susah payah dibangunnya. Upline seperti ini mestinya belajar dari kisah-kisah orang munafik.
  • Upline lebay Upline bersikap berlebihan terhadap downline yang berlainan jenis. Sikap tentunya akan menciptakan ketidaknyamanan dalam interaksi jaringan. Downline yang memiliki integritas pribadi, tak akan menolerir upline yang selalu berusaha memikatnya untuk kepentingan asmara, apalagi berselingkuh. Upline yang gemar tepe-tepe (Tebar Pesona) seperti ini mesti belajar dari ABG yang frustasi karena sadar ketulusannya telah dinodai sang pacar.
  • Upline kekeringan spiritualitas Dalam satu kasus, seorang downline memberikan sedekah kepada pengemis. Tetapi upline malah menyalahkan sikap tersebut dengan alasan, apa yang dilakukan downline akan membuat pengemis itu semakin malas. Tentang hal ini secara detail pernah saya tulis dalam artikel berjudul Kekayaan Membius. Keringnya spiritualitas upline akan mengeringkan hubungan emosional dengan downline. Jangan salahkan downline jika suatu ketika ia meninggalkan upline karena merasa spiritualitasnya diintervensi, bahkan parahnya jika downline merasa spiritualitasnya diracuni dengan hedonisme kapitalistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun