Mohon tunggu...
Mataharitimoer (MT)
Mataharitimoer (MT) Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger, bekerja paruh waktu dalam kegiatan literasi digital untuk isu freedom of expression dan toleransi lintas iman.

menulis sesempatnya saja | tidak bergabung dengan partai politik apapun Buku yang ditulis : Jihad Terlarang (2007, 2011), Guru Kehidupan (2010), Biarkan Baduy Bicara (2009), Ekspedisi Walisongo (2011). Bang Namun dan Mpok Geboy (2012)\r\n \r\nJabat erat!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Biarkan Baduy Bicara : Bocah Kecil Pencari Air

19 November 2009   01:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_22010" align="alignleft" width="300" caption="MT melepas lelah di rumah seorang warga baduy"][/caption] Kami istirahat di sebuah sawung yang ternyata milik keluarga Ayah Aja. Kami berkenalan dengan istri dan anak-anaknya. Yang paling besar dan sedang merajut benang bernama Kodo. Ia membalas senyuman kami. Istri Ayah Aja memberikan kami pisang rebus. Dalam hitungan detik, sepiring pisang rebus ludes kami nikmati. Tiba-tiba dari sebelah kiriku datang dua orang bocah kecil memanggul Somong. Somong adalah tempat menyimpan air yang terbuat dari bambu. Bentuknya nyaris seperti kentongan, namun hanya atasnya saja yang bolong sebagai lubang untuk menaruh dan mengeluarkan air. Ternyata kedua bocah itu baru saja selesai mengambil air dari bawah bukit sana. Tepatnya dekat sungai dimana mata air berada. Aku salut dengan kekuatan dua bocah yang baru berumur 7 dan 5 tahun itu. Pacheko komentar, "Jika mereka saja kuat turun naik bukit, bahkan memanggul Somong, kenapa kita yang lebih tua kalah?!" Yang lain tertawa mendengar komentar Pacheko. Aku meminta ijin untuk memotret kedua bocah itu. Tapi tak berhasil karena kami masih berada dalam area larangan memotret. Sayang sekali! Kulihat Tatox kembali mengurut dada... menyayangkan momentum yang sebenarnya indah untuk diabadikan dengan kameranya. Hm... kita memang harus menghormati adat mereka. "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", Firdaus melagukan sebuah peribahasa lama. Akhirnya Tatox hanya memotret aku yang masih merebahkan badan karena kelelahan. Itu ia lakukan sebagai pelampiasan dari hasratnya memotret. Tapi karena tidak masih dilarang mengabadikan lingkungan Baduy, iapun menjadikan temannya sebagai sasaran. Aku salut terhadap temanku ini. Sebagai fotografer amatir, ia mau mematuhi aturan adat setempat.

Catatan Selanjutnya : Harimau Tamu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun