[caption id="attachment_241726" align="alignleft" width="300" caption="admin kompas.com memberikan cinderamata buat menteri pendidikan. [foto (c) : Dian Kelana"]"][/caption]Acara Monthly Discussion (MODIS) yang digelar oleh Kompasiana selalu memberikan pencerahan bagi kompasianer. Nara sumber yang menjadi pusat perhatian adalah orang-orang yang dibutuhkan tepat pada waktunya. Seperti pelaksanaan MODIS 27 Agustus 2010 di Hotel Santika Premier Jakarta, kemarin. Pak Muhammad Nuh, Mendiknas kita memberikan banyak hal yang patut diinsyafi oleh semua orang, terutama para Kompasianer. Pak Menteri yang merupakan anak pendiri Pesantren Gununganyar, Surabaya -H. Muchammad Nabhani- menyampaikan visi dan program kementerian yang dipimpinnya dengan gamblang dan apa adanya. Berikut petikan pernyataan beliau saat presentasi maupun sessi tanya jawab.
- Membahas pendidikan di Indonesia, lebih baik fokus pada perubahan apa yang mesti dilakukan. Tak perlu memperumit masalah dengan masalah baru. Pernyataan yang dikemukaan di awal acara MODIS ini efektif mengendalikan kompasianer, sehingga pada sessi tanya-jawab benar-benar berjalan mulus, santun, fokus, dan yang lebih penting, tak mengurangi daya kritis kompasianer.
- Pencapaian standar pendidikan guru di tingkat dasar (SD-SMP) mesti selesai pada 2014. Bagaimana mungkin anak didik mencapai kualitas jika gurunya tidak memiliki standar pendidikan yang telah ditetapkan undang-undang. "Jangan sampai ada protes dari murid yang tidak lulus, lantaran beralasan gurunya bukan sarjana, tapi hanya lulusan SMA. Meskipun sesungguhnya ketidaklulusan tersebut hanya satu kasus dari lebih banyaknya murid yang lulus." tambah Pak Muhammad Nuh.
- Akseptabilitas Pendidikan Dasar di Indonesia (SD-SMP) amat besar, 59% akan tetapi tidak diurusi oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi.
- Guru adalah sebuah profesi, tetapi belum ada pendidikan profesi untuk guru. Bandingkan dengan pendidikan profesi untuk dokter, pengacara, apoteker, dll. Karena itu Mendiknas mengingatkan betapa penting pendidikan profesi guru. Modelnya pun mesti "camp" agar benar-benar terbentuk guru yang berkarakter.
- Bisnis buku di kalangan pejabat pendidikan hingga guru, membuat resah orang tua murid. Padahal kementerian pendidikan sudah menyediakan buku yang tidak kalah baiknya dengan buku lain yang menjadi ladang bisnis segitiga makelar : sekolah-dinas-penerbit.
- Korupsi dalam dunia pendidikan bukanlah isu. Banyak fakta di lapangan. Merespon pertanyaanku tentang korupsi bantuan laboratorium bahasa di sebuah sekolah di Bogor, pak Menteri bilang, "Hari gini koq korupsi, telat!" yang disambut oleh gelak tawa dan tepuk tangan kompasianer.
Untuk menunjukkan keseriusannya dalam memperbaiki sistem pendidikan dan menangani korupsi di dunia pendidikan Indonesia, pak Muhammad Nuh memberikan nomor telepon selularnya, e-mail, dan telepon bebas pulsa 177 untuk menerima laporan yang bertanggungjawab dari siapapun. Mulai saat ini, jika anda menemukan fakta yang sedapatmungkin mengganggu program kerja Menteri Pendidikan Nasional, silakan laporan dengan menyertakan bukti diri dan data kasus yang bisa dipertanggungjawabkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H