Semakin tingginya angka kejadian infeksi HIV/AIDS di negara kita tercinta dalam beberapa tahun terakhir, mengakibatkan semakin banyaknya bayi-bayi/anak-anak yang tertular HIV selama dalam kandungan, proses persalinan maupun menyusui. Betapa menyayat hati bila melihat bocah2 tak berdosa tersebut terular bukan karena kesalahan/dosanya, namun karena …misalnya: ke alpaan orang tuanya. Bagaimana jadnya bila bayi itu…saudara kita, anak kita, cucu kita..?
HIV/AIDS sendiri secara klinis berkembang melewati 4 stadium (stadium I: tidak bergejala, stadium II s/d IV: bergejala, semakin berat bila stadium semakin besar). Tentunya akan sangat sulit membedakan seseorang yang sehat dengan yang terinfeksi HIV/AIDS stadium I, apalagi masih tingginya diskriminasi dan stigmatisasi di masyarakat membuat seseorang yang perilakunya/perilaku pasangannya beresiko tertular HIV, menjadi takut untuk memeriksakan diri (baru memeriksakan diri bila sudah stadium III/IV ketika tubuhnya kelihatan sakit)
Ketika kita memilih pasangan, atau anak kita memilih pasangannya, tentunya kita tidak tahu bagaimana status HIVnya..? Bila ternyata berstatus positif HIV namun secara klinis masih sehat dan kita tidak mengetahuinya, tentunya kita beresiko melahirkan generasi-generasi yang tertular HIV/AIDS.
Tes HIV pra nikah? Tentunya ada untung ruginya, bila belum ada program dari pemerintah….silahkan diputuskan: akankah saya akan mengetes diri saya dan calan pasangan saya, atau saya akan mengetes anak saya dan calaon menantu saya…..Bila hasilnya positif HIV, perjodohan diteruskan dengan segala resikonya …..atau digagalkan…?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H