
Memiliki tinggi badan lebih dari 170cm, berkulit kuning langsat, berpenampilan selalu rapi, dengan topi atau songkok hitam yang selalu melindungi mahkota dikepala. Selalu menyambut para pembeli dengan ramah dan senyum, melayani para pembeli dengan cekatan dan melontarkan kepada pembeli sebuah kata "terimakasih" dengan sebuah ketulusan, tidak lain sosok ini adalah Mas Saifur Rijal Nur Kholis.
Dengan gerobak jualan, bertuliskan "English" di sisi sebelah kanannya, jika orang yang mempunyai jiwa penelisik atau pengamat, mereka akan bertanya mengapa kata-kata tersebut tersemat besar pada sebuah gerobak.
Dibilang telat untuk mempelajari sesuatu mungkin tidaklah salah, akan tetapi kata belajar tidak ada yang terlambat walaupun sudah melewati batas belajar dari pemerintah. Setelah Sekolah Menengah Atas (SMA), sosok ini mempelajari dengan seksama dan tekun. Dengan dasar keinginan belajar linguistic (kajian Bahasa menurut beberapa sudut pandang) maka kerja keras dan disiplin mulai berproses untuk menjadi sebuah tunas kecil yang akan menjadi sebuah pohon nan besar suatu hari kelak.
Kita dapat belajar sepanjang hayat dan terus meningkatkan pengetahuan serta keterampilan kita. Tidak ada batasan usia atau waktu untuk terus belajar. Jadi, jangan pernah merasa terlambat untuk mulai belajar hal-hal baru yang ingin Anda pelajari. Mr. Bob adalah kali pertama dan sangat menginspirasi sosok ini, untuk mempelajari bahasa Inggris beserta pengembangannya.

Menelisik lebih lanjut, ternyata ambisi besar mempelajari keilmuan Bahasa Inggris ternyata bukan untuk memenuhi keinginan pribadi akan tetapi demi sebuah tujuan mulia, Mas Rijal sebutan akrab beliau, menginginkan Bahasa Inggris selaku Bahasa internasional ini, dapat dipelajari semua kalangan baik di kampung atau di desa, baik usia muda maupun usia senja, dikarenakan mempelajari sebuah Bahasa internasional akan membawa dampak yang positifi di kemudian hari, dan pasti akan tergunakan layaknya senjata rahasia.
Mas Rijal percaya bahwa dengan menguasai Bahasa Inggris, orang-orang di kampung dan desa akan memiliki akses yang lebih luas ke informasi dan kesempatan yang sebelumnya terbatas. Ia yakin bahwa dengan kemampuan berbahasa Inggris, generasi muda di daerah terpencil pun dapat bersaing secara global dan membawa perubahan positif bagi masyarakat sekitar. Dengan keyakinan tersebut, Mas Rijal pun semakin termotivasi untuk terus memperjuangkan misinya dalam memasyarakatkan Bahasa Inggris di lingkungan sekitarnya.
Ia menyadari bahwa perjuangan untuk mengajarkan Bahasa Inggris kepada masyarakat desa memerlukan kesabaran dan ketekunan walaupun dengan biaya gratis, namun hal tersebut tidak membuatnya patah semangat. Setiap hari minggu, Mas Rijal terus melakukan berbagai kegiatan pendidikan dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan berbahasa Inggris bagi masyarakat sekitarnya. Dengan harapan agar generasi muda di desa dapat memiliki peluang yang sama dengan generasi di perkotaan, Mas Rijal akan terus berjuang tanpa kenal lelah.
Disisi lain, learning culture (pembelajaran budaya) dengan perspektif bahasa Inggris, Mas Rijal selalu menekankan juga, dikarenakan banyak yang mengerti dan mampu berkomunikasi 2 (dua) arah menggunakan bahasa Inggris akan tetapi akan sedikit, dari mereka yang paham, bagaimana budaya negara lain juga harus dimengerti, guna komunikasi secara dapat didukung dengan olah rasa penyampaian dan bahasa tubuh dengan kebudayaan yang telah diketahui.
Ini merupakan hal yang penting dalam era globalisasi saat ini, di mana kemampuan berkomunikasi lintas budaya menjadi keterampilan yang sangat berharga. Dengan memahami budaya negara lain, seseorang dapat menghindari kesalahpahaman dan konflik yang mungkin timbul akibat perbedaan budaya. Oleh karena itu, Mas Rijal mendorong agar pembelajaran bahasa Inggris tidak hanya fokus pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada pemahaman dan penghormatan terhadap budaya-budaya lain.