Habit & Attitude
“Attitude is a little thing, but can make big differences” (Sikap adalah suatu hal kecil, tetapi dapat menciptakan perbedaan yang besar)
Saat kita masih belajar, saat kita masih menjadi orang kecil (bawahan), masih miskin, masih pengangguran, masih kekurangan teman dan masih menderita berbagai kekurangan, kita dengan mudahnya berperilaku dan bersikap santun dan rendah hati kepada semua orang. Namun, jika keadaan kita dibalik menjadi jauh lebih baik, ternyata kita sangt sulit berperilaku yang sama.
Saat masih belajar, dan dgn kondisi yang serba terbatas, tanpa kita sadari, perilaku dan kebiasaan kita terasah dengan sendirinya, dan tanpa kita sadari pula, kita telah memiliki kelebihan yang nilainya melebihi berbagai kelebihan harta, kekuasaan, dan pasangan yang menarik. Kelebihan tersebut bernama kebiasaan (habit) dan perilaku (attitude) yang baik.
Untuk mulai membentuk habit & atitude yang baik adalah sesuatu hal yang tdk mudah kita lakukan, walaupun dengan strategi dan pengetahuan yg cukup, tetap tidak semudah dengan apa yang telah kita rencanakan. Sebagaimana pepatah orang bugis yang menggambarkan betapa sulitnya mengubah kebiasaan. "lelemo bulu, tallele abiasang" (Jauh Lebih mudah memindahkan gunung, daripada memindahkan kebiasaan)
Akan tetapi jika habit & attitude yang terbentuk dari keadaan/kondisi kehidupan, tentu akan lebih mudah kita jalani, karena mau tidak mau kita "dipaksa" melakukannya.
Selain itu, habit & Attitude lebih mudah terbentuk dlm kepribadian kita, krn saat kita tdk memiliki apa-apa dan siapa-siapa, kita sgt menyadari bhw kita memang bukan siapa-siapa, dan tak ada yg bisa kita banggakan. Mungkin krn itulah, kita terbiasa menjd org yg lebih rendah hati krn kita tdk memiliki kedudukan, menghargai setiap org krn teman kita masih sgt terbatas, lebih kuat krn kondisi hidup yg serba kekurangan, dan lebih banyak bersyukur krn kita sgt menyadari bhw apa yg kita bisa nikmati hanyalah krn kemurahan Tuhan yg Maha Pengasih.
Lalu bagaimana saat kita memiliki jabatan kita mudah sombong? saat kita banyak teman kita mudah bersikap arogan? saat kita banyak ujian kita mudah mengeluh? dan saat apa yg kita dptkan tdk sesuai harapan kita tdk mensyukurinya?
Mungkin perubahan sikap kita terjadi krn kita sudah merasa memiliki segala-galanya, jd kita sudah merasa tdk perlu lg orang lain, tdk perlu lg belajar. Padahal, sejatinya kalau kita terus belajar, ilmu pengetahuan yg kita pelajari justru akan membentengi kita dr perbuatan-perbuatan tercela, dan makin banyak kita belajar, justru kita makin merasa makin kekurangan. Maka dgn itu kita sgt takut utk menilai pengetahuan org lain, jgn sampai justru apa yg kita pahami tdk memiliki nilai apa-apa dr pengetahuan yg telah dimiliki org lain.
Perubahan sikap kita, karena kita masih belum rutin, belum telaten (istiqomah) menjaga habit kita saat masih belum punya apa-apa dan siapa-siapa, dan setelah menjadi lebih baik dari sebelumnya padahal HR. Aisyah R.ah, mengatakan “Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ‘Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
Semoga Tuhan selalu memudahkan kita utk telaten membangun kebiasaan dan perilaku yang lebih baik, aamiin...