Mohon tunggu...
Bastian Jabir Pattara
Bastian Jabir Pattara Mohon Tunggu... wiraswasta -

Try, always share good thing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memaknai Kesuksesan Vs Kebahagiaan

3 Juni 2014   14:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:46 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Memaknai Kesuksesan Vs Kebahagiaan

“Sukses adalah impian yang telah kita capai, sedangkan bahagia adalah kenyataan yang kita nikmati dan syukuri”.
Lalu apakah orang sukses sudah pasti bahagia? atau apakah orang bahagia sudah pasti sukses?


Kesuksesan tentu dapat melahirkan kebahagiaan, tapi kesuksesan bukan faktor utama yang menjadikan orang bahagia, karena kesuksesan adalah proses kerja keras dan fokus untuk meraih impian hidup yang telah direncanakan (ditargetkan), yang didapatkan melalui pergerakan ruang dan berjalannya waktu. Sedangkan kebahagiaan adalah perasaan nyaman, tenang, dan lapang, saat mengalami berbagai bentuk kehidupan, dimanapun dan kapanpun kita berada, yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Berfokus kepada hanya untuk meraih kesuksesan, terkadang dapat mengorbankan kebahagiaan, bahkan dapat mengorbankan segalanya. Betapa banyak orang dalam meraih kesuksesan (obsesi) dirinya, rela melakukan praktik-praktik yang jauh dari esensi kebahagiaan, seperti mengorbankan kesehatan dirinya dengan pola hidup yang tidak seimbang, mengorbankan keharmonisan keluarganya demi lebih mengutamakan karirnya, mengorbankan hubungan persahabatan dengan cara menjilat atasan dan memfitnah koleganya, serta mengorbankan citra dirinya sehingga menjadi musuh masyarakat karena perilakunya yang korup.

Orang yang sukses belum tentu bahagia, karena kebahagiaan tidak bisa diukur dengan sesuatu yang nampak, seperti jabatan yang tinggi, materi yang berlimpah, dan pasangan hidup yang rupawan.

Lalu bagaimana dengan kebahagiaan? Kondisi kebahagiaan yang selalu kita upayakan disetiap keadaan, selayaknya menjadi mental dasar kita, menjadi kekuatan dan modal utama kita untuk meraih segala impian hidup yang telah kita cita-citakan, sehingga kita dapat menjadi menjadi manusia yang sukses dan bahagia…

Kesuksesan dan kebahagiaan memang tidak ada ukurannya, sifatnya sangat personal, karena cara merasakannya juga berbeda-beda, tergantung situasi dan kondisi yang kita alami sekarang ini.
Kesuksesan adalah keberhasilan mencapai target kehidupan pribadi, yang setiap saat dapat kita rubah atau kita tingkatkan, setelah target tersebut telah tercapai atau target tersebut tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi kehidupan kita sekarang ini.Kesuksesan yang telah kita capai, terkadang tidak memberikan kebahagian, karena kita mengukur kebahagian kita dengan ukuran kebahagiaan orang lain. Saya sendiri pernah mengalami hal tersebut, saya menganggap diri saya belum sukses, tapi ternyata di mata sahabat saya, saya sudah sukses.

Setelah selesai kuliah di Makassar, sahabat karib saya (sebut saja namanya Artar) bekerja sebagai Marketing di salah satu Show Room Mobil di Daerah Kabupaten, dengan gaji hanya tiga ratus ribu rupiah, padahal UMR saat itu sudah satu jutaan. Namun setelah beberapa tahun, saya baru bertemu lagi dengan Artar, ternyata Artar sudah memiliki show room mobil, yang saat itu investasinya sudah milyaran rupiah.

Saat pertama kali saya ke Show Room Mobil Artar, saya sangat surprise melihat perubahan ekonominya yang luar biasa meningkat, saya yang dalam hati, mengatakan “sukses dan bahagia benar Artar sekarang ini”. Namun sebelum kalimat tersebut keluar dari bibir saya, justru Artar mendahului ucapan saya dengan mengatakan, “Bas kamu sudah sukses dan bahagia sekarang, sudah memiliki 2 anak yang lucu-lucu”, saya lalu terdiam dengan kalimat Artar, dan tak kuasa membalasnya. Artar memang sudah 9 tahun menikah, dan Tuhan belum mengamanahkan Anak buat Artar dan istrinya.

Saat itu saya menganggap bahwa orang lain telah lebih sukses dan bahagia, padahal saya sendiri tidak merasakan kesuksesan dan kebahagiaan yang ada pada diri saya, yang tentunya melebihi apa yang Artar telah dapatkan. Kedua anak yang Tuhan titipkan untuk saya dan istri, adalah harta yang tak terhingga nilainya. Artar menyadarkan saya akan nilai suatu kesuksesan dan kebahagiaan yang saya miliki, karena saat itu saya menganggap sukses adalah saat saya memiliki materi seperti Artar, tapi Artar menganggap sukses saat memiliki buah hati dari istrinya, seperti yang saya alami.

Semoga kita semakin sadar atas segala kenikmatan yang Tuhan berikan, dengan cara mensyukuri segala bentuk kesuksesan dan kebahagian yang ada pada diri kita. Amin.

(Kamar Kos Babakan Siliwangi Bandung, 21 Maret 2013, Pukul 09:05)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun