Mohon tunggu...
Mattula Ada
Mattula Ada Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Just call me "ADA" http://aboutagama.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terungkapnya Sosok Zulkarnain dalam Al-Qur'an {5}

14 September 2012   08:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:01 29415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terungkapnya Sosok Zulkarnain

Perlu diketahui disini bahwa Kitab Yasna dan Gathas diterjemahkan oleh para ahli bahasa dari bahasa Avesta lama (Iran Kuno), dimana bahasa ini sering diistilahkan oleh masyarakat pada masa Persia Tengah (mulai dari jatuhnya Achaemenidsdi abad ke-4 SM sampai jatuhnya Sassanids di abad ke-7 M) sebagai Zand-Avesta. Bahasa Zand-Avesta pada saat itu adalah bahasa suci, yang sangat jarang digunakan oleh masyarakat umum dan hanya sering digunakan oleh para imam suci (penganut ajaran Zarathustra). Hal ini mungkin yang menyebabkan para ahli bahasa sangat kesulitan menerjemahkan Kitab Yasna dan Gathas, sebab bahasa tsb sudah punah. Kata Zand pada Zand-Avesta sedikit menimbulkan tanda tanya para ahli; apa maksud kata tsb? dan mengacu kemana? Sampai sekarang belum terpecahkan dan hanya bersifat duga-duga semata. Saya memperkirakan bahwa kata Zand mengacu kepada Zulkarnain, yang sama-sama berkonsonan z-a-n.

Selain itu patut diketahui pula bahwa ajaran Zarathustra (Zorastrianism) pada akhirnya menjelma menjadi apa yang dinamakan  sebagai paham Zurvan (Zurvanism). Anehnya, zurvan ini memiliki arti yang mirip dengan Zulkarnain, yaitu “waktu” dalam bahasa Avestan. Dalam film Prince of Persia: The Two Thrones, Zurvan digambarkan sebagai Dewa Waktu dan dalam komik karya Grant Morrison berjudul The Filth, salah satu anggota kelompok yang disebut Kuorum Status adalah superhero bersayap bernama Zurvan. Jadi kata Zurvan yang memiliki konsonan huruf z, u, r, a, dan n saya pikir memiliki korelasi yang sangat erat dengan sosok Zulkarnain yang namanya juga memiliki konsonan huruf z, u, r, a, dan n.

Sampai disini saya sudah merasa sangat yakin bahwa Zarathustra adalah Zulkarnain. Keyakinan saya ini semakin bertambah ketika sejarawan Jona Lendering dalam situs http://www.livius.org/ mengatakan:

Zarathustra mulai memberitakan bahwa ada dewa tertinggi, yang "maha bijaksana" Ahuramazda, yang telah menciptakan dunia, manusia, dan semua hal yang baik di dalamnya melalui roh kudus-Nya, Spenta Mainyu. Sisanya alam semesta diciptakan oleh enam roh lain, Spentas Amesha ('suci abadi'). Namun, urutan penciptaan tujuh kali lipat diancam oleh Kebohongan/Kepalsuan, roh baik dan jahat berjuang dan umat manusia harus mendukung roh yang baik dalam rangka untuk mempercepat kemenangan tak terelakkan dari yang baik.

Dari pernyataan sejarawan Jona Lendering, tampaknya Zarathustra sering berbicara tentang roh. Kalau kita melihat asbabun nuzul dari QS. Al-Kahfi 83-98, maka disitu terlihat pertanyaan terakhir kafir Quraisy yang menanyakan kepada Nabi Muhammad, apa itu roh? Begitu pula dengan pertanyaan pertama yang berhubungan dengan roh orang yang tertidur. Jadi saya yakin pertanyaan kedua tentang seorang pengembara laki-laki (Zulkarnain) juga berhubungan dengan roh.

Cukup banyak orang yang berpendapat bahwa orang tidur, rohnya diangkat keluar, yang berarti yang tersisa hanya raga/jasad-nya. Tetapi pendapat ini tidak benar, karena sekelompok pemuda beserta anjingnya yang tertidur selama lebih dari 300 tahun berkali-kali menggerakkan badannya, yang berarti roh mereka tidak diangkat.

Ki Bara Astama dalam artikelnya tentang perbedaan ruh dan nafas mengatakan:

“Sebuah jasad tanpa roh maka jasad itu akan mati, tidak mampu bergerak, tidak kuasa untuk menarik nafas, dan dalam hitungan jam tubuhnya akan kaku karena darah berhenti mengalir. Orang yang sedang tidur bukan berarti roh yang ada didalam jasadnya sedang keluar, sebab bila demikian adanya berarti saat dia tidur maka dia seharusnya mati dalam pengertian yang sesungguhnya tetapi kenyataannya saat seseorang tertidur, dia masih bisa bergerak membalikkan badan, jantungnya masih berdenyut, mulutnya masih bisa mengeluarkan suara mendengkur dan malah tidak jarang orang yang tidurpun bisa tiba-tiba tertawa ataupun menangis bahkan buang air kecil tanpa disadarinya, semua ini mengindikasikan kepada kita bahwa tidur bukanlah suatu keadaan dimana roh meninggalkan badan. Oleh karena itulah saat menceritakan kisah ashabul kahfi, al-Qur’an menyebut mereka bukan dalam keadaan mati dimana roh penghuni jasadnya dicabut Allah tetapi disebut bahwa mereka sedang tidur dan ciri bahwa mereka tidur adalah tubuh mereka bergerak berbalik-balik. Dan kamu mengira mereka itu sadar padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka melunjurkan dua kaki depannya dipintu gua. Jika kamu melihat mereka niscaya kamu akan berpaling dan lari dengan penuh ketakutan terhadap mereka. {QS. 18:18} Kejadian ashabul kahfi yang tidur selama 309 tahun ini mungkin bisa dihubungkan juga dengan teori relativitasnya Einstein seperti yang pernah kita bahas dalam pembicaraan Isra’ Mi’raj Nabi, dimana objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya akan mengalami perlambatan waktu dengan objek yang memiliki kecepatan statis. Tubuh para pemuda ashabul kahfi mungkin digetarkan oleh Allah molekul-molekulnya mendekati kecepatan cahaya sehingga tubuh mereka bergetar dan membalik-balik agar tahan terhadap perubahan waktu diluar gua yang berjalan lambat sehingga kita yang melihat mereka bagaikan melihat sinar yang berkilatan dan sesuai isi akhir ayat ini kejadian tersebut pasti akan membuat kita lari ketakutan. Bukti dari kebenaran teori ini adalah usia mereka ketika bangun sama seperti saat mereka tidur, padahal waktu yang berjalan diluar gua sudah berlalu 309 tahun.”

Tentang pertanyaan terakhir (apa itu roh?), Allah menyuruh Rasulullah untuk menjawab:

"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit." {QS. 17:85}

Lantas mengapa Zulkarnain banyak berbicara tentang roh? Karena dia juga adalah roh! Roh tentu lebih tahu mengenai dirinya dibanding manusia biasa. Jangan sembarang ngomong dong, maksud lho apa? Maksud saya, Zulkarnain itu adalah MALAIKAT!!.

Ketika berbicara tentang ruh (roh), Allah terkadang merujuk kata tsb kepada malaikat. Masih ingat khan tentang bunyi QS. Al-Maa’idah ayat 110 {(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus.}. Banyak ulama yang menafsirkan bahwa ruhul qudus pada ayat tsb adalah malaikat Jibril yang masuk ke raga Nabi Isa. Begitu pula ketika menafsirkan kata “Ar-Ruh Al-Amin” pada QS. Asy-Syu’araa’ (26) ayat 193, banyak ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud Ar-Ruh Al-Amin adalah malaikat Jibril. Kalau Anda masih kurang yakin, berikut bunyi QS. Maryam (19) ayat 17:

maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami(malaikat Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

Dari ayat tsb, kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa malaikat dapat menjelma menjadi manusia biasa dalam wujud yang sempurna. Jadi kalau Zulkarnain tidak dapat dikenali sebagai malaikat, yach wajar, karena dia lebih sering menjelma menjadi manusia.

Menurut saya sepertinya ada keterkaitan antara sosok kereta kuda putih tanpa penunggang yang sering diceritakan para ahli sejarah dengan perkataan Darius I yang menyatakan bahwa pasukan Persia pada Dinasti Achaemenid diberkati oleh Ahura Mazda dalam setiap pertempuran, yang dimana pada masa Dinasti Sassanid, penunggang tsb digambarkan sebagai sosok lelaki tua yang memiliki sayap (lihat gambar bawah). Perkiraan saya, sosok penunggang tsb adalah Zulkarnain alias Zarathustra.

Tampak pada gambar diatas sosok lelaki tua bersayap yang sedang menunggangi kereta

Sumber: en.wikipedia.org

Patut pula diketahui disini bahwa sebelumnya para sejarawan sempat menyimpulkan bahwa Derbent didirikan oleh penguasa Persia Sassanid, yakni Khosrau I Anushirvan, yang menggunakan dinding untuk menangkis seranganbangsa Khazar dari Utara. Namun penggalian arkeologi pada tahun 1971 menunjukkan hasil sensasional yang mengejutkan banyak pihak. Benteng Derbent ternyata berusia jauh lebih tua dari era Khosrau I. Diperkirakan benteng tsb telah dibangun pada awal milenium ke-3 Sebelum Masehi, yang berarti sudah berusia lebih dari 5.000 tahun. Begitu pula dengan Darial Gorge, yang menurut banyak sejarawan berasal dari kata Dar-e alan yang berarti Gerbang Alans di Persia. Kata alans merujuk pada sebutan sekelompok suku Sarmatian yang merupakan suku nomaden yang muncul sekitar tahun 700 SM.

Ini sungguh sangat mengherankan, sebab hal tsb berarti jauh sebelum era Darius I dinding besi tsb telah ada; padahal baik dinding besi Derbent maupun Darial Gorge memiliki pertalian yang erat dengan nama Darius.

Hmm... mungkinkah benteng Derbent dan Darial Gorge digunakan pertama kali oleh Darius atas petunjuk Zarathustra, sehingga kedua situs tsb pada akhirnya lebih melekat dengan namanya? Ataukah......??

Kesimpulan Akhir

Sebenarnya sejak pertama kali saya membaca QS. Al-Kahfi ayat 83-98, saya sudah mulai curiga bahwa sosok Zulkarnain bukanlah berasal dari bumi, tetapi dari langit. Ini terlihat dari kalimat pada ayat 84 yang mengatakan: “Sungguh, Kami telah menempatkannya di (muka) bumi...”. Cuman kebanyakan Al-Qur’an menerjemahkan kata “makkannaa” dengan arti memberi kedudukan atau memberi kekuasaan, bukan menempatkan. Begitu pula dengan kata “atba’a” yang diterjemahkan dengan arti menempuh, bukan mengikuti, padahal yang namanya malaikat tugasnya hanyalah mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Dan bisa jadi Zulkarnain memiliki rupa asli dengan 2 tanduk diatas kepala; sesuai dengan arti dari namanya.

Disini tampaknya kita sudah dapat mengambil kesimpulan final siapa sebenarnya sosok Zulkarnain! Yup, Anda betul! Zulkarnain adalah malaikat pengembara yang membangun dinding besi Derbent dan dinding besi Darial Gorge.

Dan pendapat saya ini sepertinya diamini amirul mukminin, Umar bin Khattab radiyallaahu anhu.

Berikut pernyataan sejarawan Ibnu Ishaq dalam bukunya “Kitab Sejarah Nabi Tertua”:

Khalid berkata, Umar mendengar seorang laki-laki memanggil seseorang dengan sebutan Zulkarnain, dan dia berkata, “Tuhanmu mengampunimu, tidakkah kamu merasa puas dengan menggunakan nama-nama nabi untuk anak-anakmu sehingga kamu harus menggunakannama malaikat.

Namun banyak yang mengatakan bahwa malaikat tidak mungkin dijadikan seorang nabi atau rasul oleh Allah. Sedangkan menurut suatu hadits, Zulkarnain adalah Nabi.

Thaur bin Yazid dari Khalid bin Ma’dan al Kala’I, mengatakan bahwa Rasulullah mendapat pertanyaan tentang Zulkarnain dan beliau menjawab, “Dia adalah seorang nabi yang mengukur bumi ini dengan jubahnya.

Nabi Muhammad tidak pernah mengatakan bahwa seorang malaikat tidak boleh menjadi nabi/rasul. Bahkan dalam hadits diatas, kata jubah justru mengacu kepada sayap. Ini karena kalimat mengukur bumi dengan jubahnya, dapat ditafsirkan bahwa dengan sayapnya, Zulkarnain dapat melayang di udara, sehingga dengan mudahnya ia dapat melihat bumi. Ini bisa diibaratkan jika kita membuat peta negara-negara dunia, maka tentu saja dengan bantuan satelit di udara akan jauh lebih mudah dibandingkan kita mengukurnya lewat darat atau lautan.

13476108731470943374
13476108731470943374

Tampak pada gambar diatas patung Strabo yang memakai jubah di Amasya/Turki, di sepanjang Sungai Iris. Sebagian sejarawan beranggapan bahwa Strabo adalah Zoroaster (Zarathustra). Wikipedia mengatakan kisah sejarah Strabo hampir sepenuhnya hilang. Dipanggil strabo karena matanya terdistorsi atau juling atau dipengaruhi oleh strabismus. Ia dikenal sebagai seorang sejarawan, geographer (ahli geografi/ilmu bumi), dan filsuf yang sering berkelana keliling dunia. Karya besar Strabo, Sketsa Historis (Historica hypomnemata), ditulis saat dia di Roma (ca. 20 SM), hampir sepenuhnya hilang. Menurut Wikipediakarya Strabo tsb sengaja dihilangkan dengan tujuan untuk menutupi sejarah dunia yang dikenal dari penaklukan Yunani oleh Romawi.

Sumber: en.wikipedia.org

Oleh sebab itu, dalam Al-Qur’an dikatakan:

Dan kalau Kami jadikan rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri.” {QS. 6:9}

Maksudnya: kalau Allah mengutus seorang malaikat sebagai rasul, tentu Allah mengutusnya dalam bentuk seorang manusia berjenis kelamin laki-laki, karena seorang laki-laki (manusia) tidak dapat melihat malaikat, dan tentu juga mereka akan berkata: ini bukan malaikat, hanya manusia seperti kami juga, jadi mereka akan tetap ragu-ragu.

Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul." {QS. 17:95}

Fakta Mengejutkan

Dari berbagai referensi yang saya baca, bisa jadi ajaran Zulkarnain (Zoroaster) yang mengilhami  pengarang Kitab Weda (Veda) untuk membuat kitab tsb, atau bahkan mungkin Zulkarnain sendiri yang mengarang kitab Weda, yang merupakan kitab suci tertinggi agama Hindu, sewaktu ia pergi mengembara ke India. Berikut pernyataan dari Wikipedia:

Dalam bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu (Bahasa Sanskerta). Dalam Reg Weda, bangsa Arya menyebut wilayah mereka sebagai Sapta Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zand Avesta (Vendidad: Fargard 1.18) — sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para Brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum muncul, semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.

Perlu diketahui disini bahwa kitab Yasna dan Gathas karangan Zoroaster memakai bahasa Avesta. Sebagaimana telah disebutkan bahwa bahasa ini telah punah dan hanya dipakai oleh imam suci penganut ajaran Zoroaster, sehingga dalam menerjemahkan kitab Yasna dan Gathas para ahli bahasa mengalami kesulitan. Tetapi untungnya bahasa Avesta ini memiliki kemiripan dengan bahasa sansekerta yang dipakai dalam Kitab Weda, sehingga dalam menerjemahkan kitab Yasna dan Gathas para ahli sering merujuk kepada kitab Weda. Mengenai bahasa sansekerta yang dipakai Weda ini memang Wikipedia menyebutkan bahwa Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini.

Selain Kitab Weda, agama Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Bhagawadgita, Upanishad, Purana, Itihasa, Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan lain-lain. Namun Kitab Weda-lah yang dianggap memiliki kasta tertinggi. Oleh sebab itu, beberapa aliran dalam agama Hindu melarang umatnya menyentuh apalagi membaca Kitab Weda. Yang boleh membacanya hanyalah para imam yang dianggap suci.

Sebagian ahli agama meyakini bahwa pada saat awal mula Kitab Weda diturunkan, dalam artian bahwa isinya belum ditambahkan para Maha Rsi (sebutan untuk para imam suci), isi Kitab Weda murni hanya mengakui adanya Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (Dewa) yang lain. Ini disebabkan karena sampai saat ini sebagian isi Weda justru menerapkan konsep monotheisme. Dalam situs www.vedasastra.com dikatakan bahwa: “Dalam kitab Weda, Tuhan diyakini hanya satu namun orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama. Dalam kitab Weda, dewa-dewi bukan merupakan Tuhan, tetapi hanya merupakan pembantu Tuhan (mirip peran malaikat dalam agama Islam)”.

Begitu pula dengan Dewa Zeus, raja para dewa dalam mitologi Yunani. Saya menduga Zeus ini sesungguhnya adalah malaikat Zulkarnain yang disembah oleh orang Yunani. Nama Zeus mirip dengan Zarathustra (Zulkarnain), dimana keduanya memiliki konsonan nama Z-u-s. Bahkan lucunya, bahasa sansekerta dari Zeus adalah Dyaus, mirip dengan nama Raja Darius. Wikipedia mengatakan Darius (atau Dārēus ) adalah bahasa Latin dari bentuk Yunani Dareîos, yang merupakan bentuk singkat dari bahasa Persia Kuno Dārayavauš .

Bahkan Wikipedia jelas-jelas mengatakan: “Zeus, sering disebut sebagai Zeus pater ("O, Ayah Zeus"), adalah pengembangan dari *Di̯ēus, dewa langit siang dalam mitologi Proto-Indo-Eropa, yang juga disebut*Dyeus ph2tēr ("Bapak Langit").Dengan demikian, Zeus adalah dewa Yunani yang namanya berasal dari kebudayaan Indo-Eropa.

Kebudayaan Indo Eropa? Apa yang dimaksud kebudayaan Indo Eropa? Wikipedia mengatakan:Bahasa-bahasa Indo-Eropa mencakup delapan subrumpun yang mudah ditilik perbedaan maupun kemiripannya. Mereka adalah subrumpun Indo-Iran, Armenia, Helenik, Albania, Italik, Keltik, Germanik, dan Balto-Slavik. Selain itu terdapat sub rumpun bahasa Anatolia, Tokharia, dan bahasa Proto-Indo-Eropa (hipotetik) yang telah punah. Menarik untuk dicermati bahwa Wikipedia menempatkan sub-rumpun Indo Iran dalam urutan pertama.

1347610932853981311
1347610932853981311

Koin tetradrachma pada masa Aleksander Agung yang berukir Zeus.

Sumber: id.wikipedia.org

Kebudayaan Indo-Eropa ini adalah kebudayaan yang dikembangkan oleh suku Schythia yang berasal dari rumpun Indo-Iran yang menyembah dewa-dewa. Nah, setelah datangnya Zarathustra dan Raja Darius ke wilayah Schythia yang bermaksud hendak menegur orang-orang Schyhia tsb akan sesembahan konyol mereka; justru ditanggapi lain oleh mereka. Mereka justru menganggap yang datang inilah Raja Dewa; Bapak dari Para Dewa, yang mereka sebut dengan istilah Papaios yang akhirnya lebih dikenal dengan istilah Dyeus/Zeus, yang seakan merupakan perpaduan nama dari Darius dan Zarathustra. Walau Papaios ini dianggap Bapak Para Dewa, namun rupanya yang justru dianggap paling mulia dan lebih layak dihormati adalah Tabiti, dewi perapian, yang kemudian digantikan olehAtardan Agni; yang kesemuanya merupakan dewa api. Ini sepertinya tak lepas dari kebiasaan awal Schythian yang menyembah api dengan mengorbankan hewan (biasanya kuda) atau seorang perawan. Perlu diketahui disini bahwa Tabiti digambarkan sebagai dewi api yang masih perawan. Dewi Tabiti ini mirip Dewi Hestia dalam Dewa-Dewa Yunani.

Jadi menurut saya, persangkaan Zeus ini dianggap sebagai Tuhan sepertinya bermula ketika kerajaan Persia dibawah komando Raja Darius Agung dan Zarathustra (Zulkarnain) berkunjung ke wilayah Schyhia. Kemungkinan besar disini, Zarathustra mengeluarkan mukjizat besarnya. Wikipedia mengatakan: “Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan melakukan berbagai mukjizat”. Bahkan mungkin disini ia memperlihatkan dirinya yang asli sebagai malaikat yang tampak terang bercahaya serta dapat terbang jauh ke angkasa, sehingga karena itulah ia dianggap bapak para dewa.

1347611156941066267
1347611156941066267

Jupiter Ammon (sebutan orang Romawi untuk Zeus) yang bertandukterrakotabuatanRomawipada abad pertama Masehi di Museum Barraco, Roma-Italia. Kata Ammon merujuk kepada Dewa Amun di Mesir.

Sumber: en.wikipedia.org

Namun tentu saja Zarathustra menolak dirinya dipertuhankan, dan mengatakan bahwa Azura Mazda adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Zarathustra berkata: “Mukjizat yang saya perlihatkan hanya-lah pemberian Azura Mazda. Jika bukan karena kuasa Azura Mazda, saya tidak memiliki mukjizat dan tidak dapat melakukan apapun. Mukjizat tsb saya perlihatkan, agar kalian percaya terhadap apa yang saya katakan”. Namun karena para Schyhian bersikeras tidak mau mengakui Azura Mazda sebagai Tuhan, maka diperangilah para Schythian oleh Raja Darius I dan Zarathustra (Zulkarnain). Ini tergambar dalam perkataan Darius pada point 75 di Prasasti Behistun (Raja Darius mengatakan: Mereka kaum Scythians [Saka] adalah orang-orang yang kokoh dengan keyakinannya dan Ahuramazda tidak disembah oleh mereka. Saya menyembah Ahuramazda, oleh kasih karunia Ahuramazda saya lakukan kepada mereka sesuai dengan kehendak saya).

1347611221540272605
1347611221540272605
Tampak pada gambar diatas, lukisan pada jambang Yunani Kunosekitar akhir abad ke-5 M,dimana Ganimede melayani Zeus. Kalau kita perhatikan disitu muka Zeus mirip orang Persia, dan gayanya mirip seorang pengembara. Aneh bukan?

Sumber: id.wikipedia.org

Hal inilah yang juga terjadi di Mesir dan Yunani, sewaktu Darius atau Zulkarnain pergi kesana. Di Mesir mereka dianggap sebagai Zeus-Amun atau Amun-Ra, dan di Yunani mereka dianggap sebagai Zeus.

1347611298928565371
1347611298928565371

Tampak pada gambar diatas Raja Darius I, yang dibayangkan oleh seorang pelukis Yunani, abad ke-4 SM. Hmm... aneh, koq wajahnya agak mirip dengan wajah Zeus diatas yach? Belum lagi masing-masing gambar memiliki tongkat dan hewan.

Sumber: id.wikipedia.org

Sampai disini kita bisa bertanya-tanya, mengapa nama Zarathustra sering beriringan dengan nama Darius padahal sejarah tidak pernah menempatkan keduanya secara bersamaan? Apakah mereka memang sering bersama atau mereka adalah orang yang sama? Saya menduga mereka adalah orang yang sama! Adalah hal yang aneh menurut saya jika kedua nama tsb sering berjalan beriringan, namun sejarah tidak pernah menempatkan keduanya secara bersamaan.

Dugaan saya ini semakin kuat ketika saya melihat apa yang dikatakan Raja Darius I di Prasasti Behistun pada point 75, mirip dengan perkataan Qur’an berikut: Kami berkata: "Wahai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka{QS. 18:86}.

Kalimat sesuai dengan kehendak saya pada prasasti Behistun menurut saya memiliki makna yang sama dengan kalimat Al-Qur’an: kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.

Beberapa sejarawan memang mengatakan bahwa kemunculan Darius ke panggung sejarah menimbulkan tanda tanya. Banyak yang meragukan bahwa Darius adalah anak dari Hystaspes. Tetapi kalau kita telusur mundur ke belakang, ternyata kehidupan generasi pertama dari Dinasti Achaemenid, yaitu Achaemenes (kakek buyut Darius) benar-benar sangat misterius, sangat tidak jelas. Begitu pula dengan Hystaspes, ada yang mengatakan bahwa dia adalah seorang raja, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa dia hanyalah seorang prajurit kepercayaan raja; bahkan menurut Darius, ayahnya hanyalah seorang satrap (gubernur)Bactria.

Beberapa sejarawan juga mengatakan naiknya Darius menjadi raja adalah hal yang aneh. Darius diduga membunuh Bardiya yang dianggap lebih layak menjadi raja dengan bantuan tukang sihir. Namun ini semua dibantah Darius.

Menurut Inskripsi Behistun, Cambyses II membunuh Bardiya, saudaranya sendiri, tetapi pembunuhan ini tidak diketahui orang-orang Persia. Perebut tahta yang bernama Gaumata datang dan menipu orang-orang, menyatakan bahwa ia adalah Bardiya. Orang-orang Persia lalu memberontak terhadap Cambyses, dan pada 11 Maret 522 SM, perlawanan terhadap Cambyses pecah.

Menurut catatan sejarawan Yunani, Cambyses II telah menyerahkan kerajaan kepada Patizeithes ketika ia pergi ke Mesir. Cambyses II lalu mengirim Prexaspes untuk membunuh Bardiya. Setelah pembunuhan, Patizeithes menempatkan saudaranya Gaumata (seorang Magi (ahli sihir) yang mirip dengan Bardiya) dan menyatakannya sebagai kaisar. Otanes mengetahui bahwa Gaumata adalah penipu. Bersama dengan enam keluarga bangsawan Persia lainnya (termasuk Darius), mereka berencana menjatuhkan si Bardiya palsu. Setelah membunuh Gaumata, Patizeithes, dan Magi lainnya, Darius dimahkotai sebagai kaisar pagi sesudahnya.

Perlu diketahui disini bahwa baik Cambyses II maupun Bardiya adalah bersaudara kandung, namun bukanlah anak kandung dari Raja Koresh Agung (Cyrus The Great), tetapi mereka berdua adalah anak angkat dari Cyrus. Anak kandung dari Koresh Agung adalah Atossa yang dinikahi oleh Darius Agung. Oleh sebab itu, pada Inkripsi Behistun pada point 10 kalimatnya berbunyi sbb:

"Raja Darius mengatakan: Berikut ini adalah apa yang dilakukan oleh saya setelah saya menjadiraja. Seorang putra Cyrus, bernama Cambyses [Kabûjiya], salah satu dinasti kita, adalah raja di sini sebelum saya. Bahwa Cambyses punya saudara, Smerdis [Bardiya] namanya, dari ibu yang sama dan ayah sama seperti Cambyses.

Setelah itu, CambysesmembunuhSmerdis. Ketika Cambyses membunuh Smerdis, masyarakat tidak mengetahuinya. Kemudian Cambyses pergi ke Mesir . Ketika Cambyses telah berangkat ke Mesir, orang-orang menjadi bermusuhan, dan kebohongan terjadi dimana-mana, bahkan di Persia dan Media, dan di provinsi-provinsi lainnya."

Menurut saya, apa yang dikatakan Darius pada Prasasti Behistun adalah benar 100%. Disitu Darius membantah berbagai fitnah yang terjadi yang berkembang dalam masyarakat. Dalam Prasasti Behistun, Darius juga menjelaskan silsilah keluarganya. Jadi menurut saya; Dinasti Achaemenid adalah dinasti para malaikat. Mulai dari Achaemenes sampai Xerxes I (anak Darius I), mereka semuanya adalah malaikat. Begitu pula dengan Koresh Agung, ia juga adalah malaikat. Itu sebabnya Darius Agung dalam Prasasti Behistun mengatakan bahwa Cyrus juga merupakan keturunan Achaemenid.

13476113991923617461
13476113991923617461
1347611436816038135
1347611436816038135

Tampak pada gambar sebelah kiri, relief Koresh Agung yang memiliki beberapa sayap di Pasargadae, Iran. Pada relief tsb tertulis kalimat dalam tiga bahasa yang berbunyi "Saya Raja Cyrus, yangAchaemenian”. Relief ini diperkirakan dibangun sekitar 540-530 SM. Sedangkan pada gambar sebelah kanan adalah PatungCyrus yang besardi Olympic Park diSydney, Australia.

Sumber: en.wikipedia.org

Untuk lebih jelasnya, silakan lihat bagan berikut:

1347611495302855949
1347611495302855949

Bagan Silsilah Dinasti Achaemenid

Sumber: en.wikipedia.org

Ada petunjuk menarik dari sejarawan Herodotus yang menguatkan dugaan saya bahwa Dinasti Achaemenid adalah malaikat. Herodotussempat menceritakan bahwa Cyrus (Raja Koresh Agung) melihat dalam mimpinya bahwa putra tertua dari Hystaspes (Darius I) dengan sayap di atas bahunya, membayangi dengan satu sayap Asia, dan Eropa dengan sayap lainnya.

Ini mengindikasikan bahwa Raja Darius I adalah malaikat bersayap yang menaklukkan negeri-negeri di Asia sampai Eropa.

Apa? Malaikat bersayap? Apa benar malaikat memiliki sayap? Bukankah itu hanya dalam dongeng saja? Nggak koq! Malaikat benar-benar memang mempunyai sayap. Berikut pernyataan Qur’an Surah Faathir (35) ayat 1:

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hmm... tidak heran rasanya mereka dapat membangun masjid e-Sulaiman yang begitu megah; yang mengingatkan kita terhadap istana Nabi Sulaiman yang dibangun oleh para jin.

Mengenai kematian Cyrus ditangan Schythian (Massagetae), dimana kepala Cyrus dipenggal untuk dibawakan kepada Ratu Tomyris (pemimpin Schythian) seperti yang dikatakan Herodotus, para sejarawan meragukannya. Berikut catatan dari Wikipedia:

However, some scholars question this version (version of Herodotus), mostly because Herodotus admits this event was one of many versions of Cyrus’s death that he heard from a supposedly reliable source who told him no one was there to see the aftermath.

Bahkan menurut Xenophon, Koresh Agung meninggal dengan wajar (dalam ketenangan dan kedamaian) di kediamannya. Berikut perkataan Wikipedia:

An alternative account from Xenophon’s Cyropaedia contradicts the others, claiming that Cyrus died peaceably at his capital.

1347611580588522049
1347611580588522049

Inilah situs yang dipercaya sebagai makam Koresh Agung di Pasargadae, Iran

Sumber: en.wikipedia.org

Patut juga diketahui disini bahwa raja dari Dinasti Achaemenid berakhir pada era Xerxes I. Pengganti-pengganti sesudahnya seperti Darius II, Darius III dst, serta Xerxes II dst; bukanlah keturunan Achaemenid, tetapi hanya mengaku-ngaku sebagai keturunan Achaemenid.

Selain itu, tahukan Anda apa arti Cyrus dan Darius? Kata Cyrus berasal dari kata kuros, yang berarti seperti matahari yang bersinar. Sementara Darius berasal darikata dyeu, yang artinya cahaya atau sinar. Sebagaimana kita ketahui bahwa malaikat dibuat Allah dari cahaya, bukan dari tanah seperti halnya manusia.

Kejanggalan lainnya dari riwayat hidup Darius adalah bahwa dalam Kitab Daniel (pasal 5 ayat 31), Darius dikenal sebagai raja dari Media (Persia) yang mulai memerintah pada usia 62 tahun. Usia 62 tahun? Itu adalah usia dimana Darius diperkirakan telah wafat (sebagai Raja Persia) menurut sejarawan modern. Mana yang benar? Menurut saya, keduanya adalah benar! Maka dari itulah, Darius disebut dengan Zulkarnain, yang artinya 2 waktu atau 2 masa; yakni masa ketika ia sampai menjadi Raja Persia dan masa sesudah ia menjadi Raja Persia.

Maka dari itu, benteng Derbent dan Darial Gorge memiliki pertalian yang erat dengan nama Darius, karena Darius dan Zulkarnain adalah orang yang sama. Walau demikian, ternyata nama Rusia dari Derbent adalah Zheleznye Vrata, yang berarti Gerbang Besi. Kata Zheleznye kalau kita perhatikan mirip penyebutan kata Zulkarnain dalam Al-Qur’an, yaitu Zhalqarnayn (sama-sama berkonsonan z-h-l-n-y).

Hal aneh lainnya adalah makam para Dinasti Achaemenid yang berada di Bukit Batu, yang dikenal dengan nama Naqsh-e Rustam. Ini benar-benar aneh! Masa seorang manusia saleh (zoroastrianism) dimakamkan di atas tanah (bukit batu), bukan di tanah? Ulama mengatakan bahwa manusia berasal dari tanah, maka tempat dikuburkannya haruslah juga di tanah. Dari tanah, lalu kembali ke tanah. Jadi disini bertambah kuatlah dugaan saya bahwa Dinasti Achaemenid bukan manusia. Menurut cerita, mayat Dinasti Achaemenid (termasuk Darius) di bukit batu Naqsh-e Rustam menghilang karena dicuri oleh orang-orang jahil. Menurut saya, mayat-mayat tsb menghilang bukan karena dicuri orang, tetapi karena hilang dengan sendirinya. Para malaikat tsb pergi dengan sendirinya, melayang terbang ke angkasa luas.

134761168686358896
134761168686358896
13476117511617430585
13476117511617430585

Tampak pada gambar diatas foto berwarna dari Naqsh-e Rustam yang terdapat dalam majalah The National Geographic edisi April 1921. Sedangkan pada gambar bawah adalah kondisi terbaru Naqsh-e Rustam setelah direnovasi.

Sumber: en.wikipedia.org

Banyak ulama mengatakan bahwa malaikat tidak bisa mempunyai keturunan. Sedangkan Darius diketahui memiliki beberapa istri dan anak. Jujur saya ragu terhadap pendapat ini. Sama ragunya ketika dulu ada yang mengatakan bahwa para jin tidak dapat memiliki keturunan. Padahal dalam Al-Qur’an dikatakan:

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. {QS. 6:100}

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungankepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. {QS. 72:6}

Dalam hadits juga diriwayatkan melalui sahabat Anas bin Malik yang berkata bahwa Nabi saw bersabda yang artinya: “Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan”.

Bahkan dalam buku “Dialog dengan Jin ABG” terbitan Pustaka Medina disitu jelas-jelas dikatakan bahwa jin juga beranak-pinak seperti halnya manusia. Jumlah jin laki-laki dan perempuan juga sangat banyak. Lebih banyak dari jumlah manusia.

Tetapi malaikat khan belum tentu seperti itu? Mereka khan bisa saja berbeda dengan jin dan manusia?

Betul! Tetapi ayat suci Al-Qur’an tidak menyiratkan seperti itu. Firman Allah:

Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya). {QS. 17:40}

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. {QS. 36:36}

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. {QS. 51:49}

Mungkin sampai disini, ada yang berpendapat: boleh jadi malaikat bisa menjadi rasul/nabi serta memiliki keturunan, tetapi tidak mungkin mereka dapat menggantikan peran manusia menjadi khalifah di muka bumi.

Kalau begitu pendapat Anda, bagaimana dengan bunyi ayat suci berikut:

“Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.” {QS. 43:60}

Harapan Penulis

Semoga saja orang-orang yang masih menyembah malaikat, jin/setan, bahkan sesamanya manusia; agar segera sadar untuk tidak menjadikan hamba-hamba Allah tsb menjadi penolong selain Dia dan menyembah hanya kepada-Nya sebagai Tuhan yang benar sebelum kiamat tiba.

maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir. {QS. 18:102}

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah-nyadan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku {QS. 39:17}

Bagi para pembaca yang percaya terhadap apa yang penulis katakan dalam tulisan ini, penulis hanya ingin menyarankan agar para pembaca memperbanyak untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat suci Al-Qur’an; sebab sesungguhnya dalam Al-Qur’an terkandung banyak hikmah yang dapat menjelaskan segala sesuatu.

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). {QS. 2:269}

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. {QS. 12:111}

Demikian, Wallâh a’lam bi ash-shawâb.

Insya Allah akan dilanjutkan dengan judul yang berbeda.

Sumber Utama:

~ Syaamil Al-Qur’an

~ Al-Qur’an Digital versi 2.1.

~ Iqra’ al-Firdaus, Kisah Gelap Ya’juj & Ma’juj, Diva Press, Jogjakarta, 2012

~ www.livius.org

~ http://en.wikipedia.org

~ http://id.wikipedia.org

Baca Juga:

~ Menguak Misteri Noah’s Ark

~ Bukti Kebenaran Al-Qur’an

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun