SEKOLAH ALAM RAYA... " SEMUA ORANG ITU GURU ALAM RAYA SEKOLAHKU"
Bagi masyarakat di sekitar situs sejarah percandian Muaro Jambi, sekolah Alam Raya mungkin tidaklah begitu asing, karena keberadaannya hingga kini telah berusia satu tahun. Sekolah non formal, yang berdiri 28 Februari 2010 lalu ini, didirikan seorang pemuda tamatan Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Syaifuddin (IAIN STS) Jambi.
Mukhtar Hadi SH.I, atau yang akrab di panggil Borju ini, dengan tekad ingin memberikan pendidikan secara gratis kepada anak-anak di sekitar desa kawasan Candi Muaro Jambi, yang sekaligus ingin mewariskan sejarah kebudayaan Candi Muaro Jambi anak-anak, kemudian membuka sekolah Alam Raya. “Konsep dari sekolah Alam Raya ini, kita mengadakan kegiatan belajar mengajar di alam terbuka. Jadi, kita manfaatkan alam terbuka untuk wahana memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak,” ungkapnya. Sesuai dengan namanya, alam merupakan media untuk mentrasfer ilmu kepada siswa. Dan hal ini, menurutnya tidak banyak didapatkan di sekolah formal.
Ia katakan, di sekolah Alam Raya, anak-anak tidak hanya diberikan pengetahuan mengenai sejarah kebudayaan candi Muaro Jambi saja, namun, siswa juga diberikan ilmu pengetahuan umum maupun budi pekerti. Di sekolah Alam Raya, anak-anak juga diberikan pengetahuan mengenai, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, yang tidak sekedar teori, namun dipraktikkan langsung. Seperti halnya dalam tema “Desaku Bersih, Sungai Batanghari Bukan Tong Sampah Raksasa”, dimana, anak-anak diajarkan membuang sampah pada tempatnya, dengan membuat tempat yang diberi nama bank sampah. “Kami mencoba sejak dini mengajarkan anak-anak, supaya memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah di sungai Batanghari, yang selama ini dijadikan masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah,” sebutnya.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah Alam Raya sendiri, dilaksanakan setiap hari Minggu, dari pukul 8.00 WIB-12.00 WIB.
Menurutnya, mendirikan sekolah Alam Raya memiliki tantangan yang tidak mudah, karena, banyak kendala yang dihadapi, baik mengenai fasilitas, tenaga pengajar maupun menumbuhkan kesadaran masyarakat. Disebutkannya, siswa-siswi Alam Raya tidak dipungut biaya untuk mengikuti kegiatan belajar. Begitu juga, dengan tenaga pengajar, kata Borju, sekolah tenaga pengajar di Alam juga tidak digaji, tapin sukarela. “Inilah, salah satu kendala kami, karena memang yang mengajar disini tidak kami gaji. Namun, alhamdulillah, saat ini sudah ada temen-temen yang mau bergabung dengan kami, untuk membagikan ilmunya kepada anak-anak secara sukarela. Hal ini juga sesuai dengan motto kami, semua orang adalah guru,” tambahnya.
Sejauh ini, sekolah Alam Raya telah memiliki jumlah siswa sebanyak 70 orang, yang awal berdirinya hanya sekitar 20 orang. Dirinya berharap, kedepannya sekolah Alam Raya bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah, karena, selama ini, perhatian pemerintah masih cukup minim mengenai keberadaan sekolah Alam Raya. “Mudah-mudahan sekolah Alam Raya ini bisa membantu anak-anak, untuk terus mewarisi pengetahuan mengenai kebudayaan Jambi, karena, hal ini sangat penting, agar anak-anak bisa menularkan ilmunya kepada generasi selanjutnya,”( Dedikasi untuk sahabatku BORJOE STREET ) terus berjuang kawan !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H