Beberapa minggu yang lalu seorang teman dari Amerika berkunjung untuk melakukan penelitian kelas (action research) sebagai syarat tugas mata kuliah yang ia ambil di salah satu kampus di Amerika. Sebagai penutur asli Bahasa Inggris tentu ia sangat lancar berbicara dengan aksen khas Amerika Utara. Ia juga merupakan guru Bahasa Inggris di sekolah menengah pertama di negara bagian Pennsylvania.Â
Singkat cerita ketika ia memulai kelas ia membahas tentang past unreal conditional atau lebih dikenal dengan kalimat pengandaian tipe ketiga yang tidak mungkin terjadi. Walau dalam Bahasa Indonesia kalimat ini sangat jarang digunakan dalam bahasa keseharian. Ia memberikan contoh dan menjelaskan fungsi kalimat past conditional berbentuk aktif.Â
Contoh: if I had had enough money, I would have bought a new car
Pada saat sesi pertanyaan, saya menanyakan beberapa pertanyaan termasuk apakah kalimat past unreal conditional bisa menjadi kalimat pasif. Ia lantas tidak mengetahui jawabannya dan sama sekali tidak berpikir saya akan menanyakan hal tersebut. "I have never thought of it," ujarnya. Karena bingung saya diminta memberikan contoh dan menuliskan di papan tulis. Lalu saya menuliskan kalimat di bawah ini:
If the children had been kidnapped, the police would have known.Â
Melihat contoh yang saya tulis lalu ia berkata bahwa kalimat itu benar tapi sangat jarang digunakan dalam kalimat past unreal conditional. Dia tidak bisa menjelaskan lebih lanjut secara peraturan tata bahasa. Intinya, ia hanya memahami grammar karena kebiasaan Bahasa Inggris yang dipakai dan bagaimana aneh tidaknya bunyi ketika dipakai.Â
Di sinilah muncul dua pendapat tentang aturan bahasa, yaitu descriptive grammar dan prescriptive grammar. Secara teori kita bisa lebih banyak tahu aturan Bahasa Inggris tapi secara aplikasi penutur asli lebih kompeten. Makanya tidak heran banyak yang mengerti Grammar hanya untuk menjawab soal saja, sedangkan ketika berbicara dan menulis dalam bahasa Inggris banyak yang kewalahan alias amburadul.Â
Contoh lain ketika saya bertanya apakah makna kata spend on sama seperti spend for. Jawabannya juga tidak spesifik. Baginya kalimat I spend a lot of money on clothes akan berbeda jika menjadi I spend a lot of money for clothes. Secara aturan grammar kita tahu bahwa beberapa kata depan (preposition) memang punya fungsi tertentu dalam kata yang jika di tukar akan merubah makna. Walaupun secara pemahaman menurutnya sebagai penutur asli masih tetap bisa dipahami.Â
Sama halnya dalam kalimat conditional jika diawali oleh if maka kalimat tersebut harus memiliki koma di tengah karena berfungsi sebagai anak kalimat. Sebaliknya jika diawali oleh kalimat utama maka tidak memerlukan koma. Sebagai orang Amerika, kawan saya bahkan tidak mengetahui aturan ini dan baru sadar ketika saya jelaskan fungsi koma dalam kalimat tersebut. Sebenarnya bukan karena ia tidak paham, tapi Bahasa inggris baginya tidak lebih sebagai bahasa komunikasi.Â
Banyak hal lainnya yang sering saya tanyakan berkenaan grammar yang selalu berakhir pada jawaban tidak pasti. Jadi, tidak perlu terlalu mengerti grammar kalau mau bisa aktif menggunakan Bahasa Inggris. Cukup perbanyak mendengar maka kita akan mampu menganalisa grammar secara otomatis.
Kawan saya ini juga mampu berbahasa Indonesia sangat baik untuk kategori native, dan juga beberapa bahasa daerah lainnya seperti Aceh dan Jawa. Ia menguasai Bahasa portugis dan sedikit Spanyol. Ia suka berbaur dengan masyarakat lokal dan tidak heran kemampuan berbahasa ia peroleh cukup cepat.