Mencari rejeki dari jalan yang halal merupakan hal yang sangat mulia, namun tidak sedikit yang mencari jalan pintas yang mereka anggap pantas sehingga terjerumus kepada yang haram. Alhasil, rejeki yang ia dapat bukan membawa berkah malah membawa malapetaka.
Allah SWT memerintahkan kita mencari rejeki yang halal agar makanan yang yang kita konsumsi menjadi halal. Kenapa demikian? Allah SWT menyuruh memakan makanan yang halal lebih dahulu baru kemudian melakukan perbuatan yang shaleh karena tidak diterima akan amalan seseorang melainkan dengan memakan yang halal dan memakai pakaian yang didapat melalui cara yang halal. Sabda Nabi: barangsiapa yang membeli kain dengan sepuluh dirham dan ada di dalam harganya satu dirham yang haram niscaya Allah tidak menerima akan shalatnya selama ia menggunakan kain itu. Maka dari itu amal ibadah kita akan sia-sia jika makanan yang kita dapatkan dan konsumsi berasal dari cara atau zat haram. Maka tidak heran mereka yang hidup bergelimangan dengan harta tekadang merasa tidak pernah cukup karena bisa jadi harta yang mereka peroleh dengan cara yang tidak halal sehingga tidak ada keberkahan di dalamnya.
Tidak hanya itu, makanan yang halal juga dapat mendatangkan cahaya dalam hati dan menjadikan ucapan yang baik-baik. Nabi bersabda: barangsiapa memakan yang halal empat puluh hariniscaya Allah akan menerangkan hatinya dan Allah jadikan beberapa ilmu hikmah dari lidahnya (lisan) serta dalam satu riwayat yang lain Allah zuhudkan ia di dunia. Diriwayatkan oleh setengah ulama bahwa sa’id radhiyallahu ‘anhu memohon kepada nabi agar memohon kepada Allah agar do’anya mustajab(mudah diterima), maka nabi bersabda agar ia menjadikan makanannya daripada yang baik-baik maka niscaya akan dimustajabkan do’anya. Bukankah kita selalu berharap do’a kita mustajab? Maka dari itu kita juga benar-benar harus menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Kadang kita bertanya kenapa do’a yang kita panjatkan tak kunjung diterima oleh Allah. Pernahkan kita bertanya dari mana makanan yang kita makan berasal, halal atau haram?
Dari ibnu ‘abbas bahwasanya nabi bersabda: di sisi Allah ada satu malaikat di atas baitul maqdis yang menyeru tiap-tiap malam dengan seruan barangsiapa memakan akan yang haram niscaya tidak diterima daripadanya ibadahnya yang sunat dan ibadahnya yang fardhu. Nabi juga Bersabda: Tiap-tiap daging yang tumbuh dari memakan harta yang haram maka api neraka lebih utama baginya.
Dalam hal mencari rejeki kita juga perlu memperhatikan dengan teliti akan halal dan haram dari setiap yang kita usahakan. Sabda nabi: barangsiapa yang tidak menghiraukan akan zat halal dan haram atas barang yang di usahakannya, maka Allah tidak akan menghiraukan ia akan pintu neraka yang ia akan masuk kedalamnya. Nabi bersabda: barangsiapa mendapatkan harta dari sesuatu yang haram yang membawa ia kepada berdosa kemudian menghubungkan ia akan harta itu kepada kerabatnya atau memberi shadaqah iaatau membelanjakan dalam perang sabilillah (di jalan Allah) maka Allah akan menghimpunkan akan yang demikian itu dan di lontarkan kepadanya harta tersebut kedalam api neraka. Dan berkata saiyidina ibnu ‘abbas: tiada diterima oleh Allah shalat seseorang yang di dalam perutnya terdapat makanan yang haram.
Tidak ada yang lebih baik melainkan rejeki yang kita usahakan dari jalan yang baik sehingga ia menjadi halal dan membawa berkah di dunia dan kelak menjadi amalan yang dapat mendatangkan syafa’at kepada kita. Walaupun rejeki itu sedikit namun kita dapatkan dengan jalan yang halal maka itu lebih utama dari rejeki yang banyak namun ia didapat dari jalan yang haram.
Sumber: Kitab Sirus Salikin, Bab ke empat tentang Halal dan Haram.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI