Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Tingkat Perceraian Sangat Tinggi di Amerika?

12 Juli 2016   22:14 Diperbarui: 12 Juli 2016   22:24 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Di berbagai belahan dunia kita bisa melihat nilai budaya yang berbeda dalam lini kehidupan. Nilai adat dan budaya di sebuah negara tentu memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari sudut pandang agama. Amerika sebagai negara super power termasuk negara dengan tingkat perceraian mencapai angka 50%. Dalam sebuah website  saya menemukan fakta unik tentang pernikahan di Amerika. 

Rata- rata remaja di Amerika tidak menikah di usia muda, kebanyakan laki-laki menikah di atas 28 tahun. Saya pernah bertanya kepada seorang teman penduduk asli Amerika, ketika mereka menikah apakah mereka akan tinggal di rumah mertua. Dan jawabannya adalah tidak, rata-rata orang Amerika minimal akan menyewa rumah untuk tinggal bersama pasangannya. Lantas saya lanjut bertanya, bagaimana jika mereka tak mampu menyewa rumah, ia berujar maka mereka tak akan menikah. 

Secara hitungan sederhana memang banyak remaja di Amerika tidak menikah namun tinggal bersama, bahkan memiliki anak diluar nikah. Ya,  secara budaya mungkin bagi mereka itu "wajar". Sangat berbeda dengan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai agama. Nilai kebebasan dalam dunia barat sulit dipahami dengan budaya timur. 

Hidup sesama tanpa ikatan merupakan hal biasa bagi mereka. Mungkin hal ini yang membuat mereka menganggap pernikahan bukan lagi hal penting. Uniknya nilai religius memiliki peran penting dalam sebuah ikatan pernikahan, bahkan ini menjadi sebuah faktor kuatnya sebuah pernikahan di Amerika selain faktor finansial. 

Dalam sebuah website saya mendapati pesan bermakna yang bunyinya "there are a number of factors that are correlated with a strong marriage. For instance, teenagers and the nonreligious who marry have higher divorce rates than those who marry later and are religious. In fact, if a person has been to college, has an annual income over $50,000, is religious, comes from an intact family, and marries after age 25 without having a baby first, their chances of divorce are very low"

Intinya, bagi orang Amerika sebuah pernikahan di kalangan remaja dan orang yang tidak religius menyebabkan tingkat perceraian lebih tinggi. Namun, jika seseorang dengan tingkat pendidikannya tinggi dengan finansial yang memadai serta beragama menikah di umur 25 keatas dan menunda memiliki anak maka tingkat perceraian lebih kecil. Setidaknya tolak ukur lamanya sebuah pernikahan bagi mereka dinilai dari 3 hal: sisi finansial, pendidikan, dan agama. 

Saya juga pernah bertanya kepada teman tentang nilai keagamaan di kalangan warga Amerika. Ia menerangkan bahwa tidak banyak warga Amerika yang tergolong agamis. Biasanya mereka yang agamanya kuat condong menyekolahkan anak ke private school ketimbang public school dikarenakan alasan bebasnya pergaulan anak di sekolah umum.

Walau lebih dari 75% warga Amerika menganggap agama punya peran penting dalam sebuah hubungan, tingkat perceraian di Amerika menduduki peringkat diatas dibandingkan Eropa. Salah satu alasannya adalah sifat individualis yang menyebabkan mereka bisa mengambil keputusan untuk bercerai ketika merasa tidak lagi saling mencintai. Bahkan urusan pernikahan tidak boleh ikut campur orang tua kecuali diminta. Saya mengetahui ini ketika bertukar informasi tentang budaya barat dengan seorang teman warga Amerika yang baru saja menikah.

Ketika saya katakan bahwa di Indonesia jika terjadi permasalahan dalam rumah tangga mertua dan bahkan pihak tertentu punya andil dalam menyelesaikan masalah dan memberi nasehat serta pendapat, ia lantas mengatakan hal demikian tidak terjadi di Amerika. Alasannya sangat sederhana, bagi mereka urusan pribadi tidak boleh ikut campur orang lain walaupun orangtua, kecuali pihak bermasalah meminta pendapat. 

Tidak heran dengan sikap individualis ini tingkat perceraian sulit dicegah. Ditambah faktor pemahaman agama yang sangat minim di kalangan pasangan membuat permasalahan dalam rumah tangga sulit dibendung dan berakhir pada perceraian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun