Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rempah, Komoditi Ekspor Termahal abad 15

23 Desember 2024   21:26 Diperbarui: 23 Desember 2024   21:26 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masakan di Eropa zaman dahulu sangatlah sederhana. Jauh sebelum penduduk Eropa mengenal rempah, daging yang diasapkan hanya ditaburi garam. Ya, begitulah makanan terlezat kala itu.

Namun, perkenalan Eropa pada lada berhasil merubah tradisi dapur dalam rumah. Mencari rempah sejenis lada tidaklah mudah. Satu-satunya cara adalah melewati jalur laut menggunakan kapal mengarungi samudra nan jauh.

Rempah tidak hanya sebatas penambah rasa masakan. Jauh dari itu, rempah berguna untuk memperpanjang masa penyimpanan makanan. Bakteri dan jamur enggan bersarang pada makanan yang ditaburi rempah.

"Before the advent of refrigeration, spices were essential for preserving food. They helped inhibit the growth of bacteria and fungi, extending the shelf life of perishable items"

"Whoever wants to get pepper, then they have to travel far across the ocean to stop in mainland Asia."

Nilai lada saat itu sama harganya dengan emas. Dengan lada, ladang bisa dibeli, pajak boleh ditebus, ataupun menawar kuda termahal sekalipun. Begitulah bernilainya komoditas rempah.

Eropa rela membayar mahal untuk melawan arus laut demi membeli lada di Aceh dan Banten. Kedua tempat ini masyhur dengan lada, sehingga Belanda dan Portugis berani berlayar guna mendapatkannya. 

Tahun 1555, Aceh menjadi suplayer utama lada ke Eropa. Setengah transaksi lada berasal dari Aceh di bawah kerajaan. Begitupula dengan Banten yang menduduki urutan kedua pengekspor lada terbesar setelah Aceh.

Jalur rempah terbentang luas di sepanjang laut Aceh. Khususnya jalur laut Banda Aceh, Aceh Besar sampai ke Aceh Barat Daya. Di Aceh Besar, kawasan Ujung Pancu notabene menjadi tempat transaksi rempah bagi penjelajah yang datang ke Aceh dahulu kala.

Letak Ujong Pancu memang berhadapan langsung dengan selat Malaka. Dengan begitu, perdagangan internasional mudah dilakukan karena juga berdekatan dengan pelabuhan utama.

Selain Ujong Pancu, kawasan Krung Raya juga menjadi basis perdagangan jalur laut. Konon katanya area Kaju yang merupakan nama desa saat ini adalah area pelabuhan di masa lalu.

Penemuan keramik dan batu nisan masa silam memberi bukti terjadinya transaksi dagang antar pedagang asing. Cina pernah singgah ke Aceh di bawah Dinasi Ming kala itu.

Cengkih, lada, dan Kemiri adalah hasil rempah terbaik di kawasan Aceh Besar. Bukan hanya bagi masyarakat lokal, cengkh juga menjadi incaran pedagang asing yang ingin membawa pulang ke negerinya. 

Jika merujuk pada sejarah masa lalu, Aceh Besar telah lama berinteraksi dengan bangsa asing. Bukan mustahil jika cengkeh dan kemiri dulunya dibawa langsung oleh pedagang asing yang berkontak langsung dengan penduduk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun