Pada masanya rempah sejenis cengkeh jauh lebih berharga dari emas. Harga satu kilogram cengkeh bisa melebihi harga 3.3 gram emas.Â
Kawasan Lamlhom dan Lhoknga menjadi sentral utama penanaman cengkih yang mencapai puncak kejayaan tahun 1980 an. Penduduk disana hidup makmur berkat komoditas yang paling laku di pasaran.Â
Kawasan pesisir Aceh Besar merupakan area kebun lada. Terkhusus di bukit lamreh yang berdekatan dengan pelabuhan. Saat pedagang asing datang berlabuh, cengkeh dan lada menjadi incaran utama. Karena keduanya hidup subur di pesisir Aceh Besar, warga setempat langsung bisa menjual ke pasaran dengan harga mahal.Â
Ada dua jenis lada yang ditanam, yaitu lada putih dan hitam. Namun demikian, lada putih memiliki keunggulan dibanding lada hitam. Proses produksinya pun lebih lama.
Beberapa penamaan desa juga berimplikasi pada perdagangan asing dahulu kala. Seiring waktu, pengucapan nama-nama desa tersebut berubah.Â
Penelitian yang melibatkan pengumpulan data di lapangan membuktikan bahwa penduduk Aceh Besar melakukan transaksi perdagangan langsung dengan warga asing di kawasan pelabuhan.
Bukti kuat lainnya berasal dari penemuan benda-benda peninggalan Cina dan India. Besar kemungkinan jika kedua negara ini telah lama singgah ke kawasan Aceh Besar sekitar abad 15-18.
Oleh karenanya, masakan berempah di Aceh tersebar hampir di semua wilayah. Khususnya Aceh Besar, hampir semua hidangan dapur kaya dengan rempah hasil alam.
Sejarah rempah Aceh telah lama terkubur, namun aromanya tetap hadir dalam setiap masakan. Tidak lengkap rasanya jika masakan Aceh hadir tanpa rempah.
Referensi:
[1]. JEJAK PERDAGANGAN REMPAH DI PESISIR ACEH BESAR [baca disini]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H