Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jalan Kaki, Melihat Sisi Lain Kehidupan

20 Oktober 2024   12:35 Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:39 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya rutin berjalan kaki mengelilingi kawasan pinggiran kota. Minggu lalu saya berjalan sejauh 8 kilometer melewati tiga desa sekaligus. Dalam perjalanan, saya menemukan beberapa pemandangan menarik.

Jalan kaki memberi pelajaran berharga yang tidak mungkin saya dapat ketika mengendarai motor atau mobil. Contohnya, ketika melewati sebuah gang kecil, saya menyaksikan seorang anak sedang memandikan ayahnya yang duduk di kursi roda.

Kebetulan sang anak sedang menyiram ayahnya tepat di depan rumah. Sambil berjalan, saya sejenak berpikir jasa sang ayah pada anak dahulu kala. Di masa tua, beliau harus menetap di kursi roda untuk sekedar mandi dan berjemur.

Hanya sedikit anak yang mau berbakti kepada orangtua. Cara orangtua mendidik anak memberi gambaran bagaimana anak kelak membersamai orangtua di masa tua.

Hari ini selesai makan pagi, saya kembali berjalan sejauh 3 kilometer. Saya melewati banyak rumah warga di pinggir desa. Kebetulan desa yang saya lintasi masih ditumbuhi pohon-pohon besar.

Suasana jauh lebih adem. Terik matahari tidak langsung menyengat tubuh. Angin sepoi-sepoi begitu terasa merasuk ke tubuh. Berbeda sekali ketika melewati area perumahan elit. Rumah dikelilingi beton dan dinding tinggi ditumbuhi sedikit tanaman dan pepohonan.

Kadangkala saya berpikir, sekat pemisah antara orang kaya dan miskin adalah pohon-pohon rindang dan dinding beton. Kawasan desa dengan kaya oksigen, sementara kawasan kota menghasilkan panas berkali lipat.

Saya kembali berpas-pasan dengan sebuah rumah kecil, berdindingkan seng bekas. Rumah ini lebih kelihatan seperti sebuah ruangan kecil. Disana sebuah keluarga berdiam. Tepat di sebelahnya terdapat pohon besar yang rindang. Keluarga  yang sangat sederhana dan mungkin saja paling bahagia.

Ya, setiap hari saya mempelajari filsafah kehidupan dengan berjalan kaki. Saya bersyukur dengan nikmat kesehatan dan kemampuan berjalan puluhan kilometer. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun