Satu hal yang jarang ditanamkan orangtua pada anak adalah perihal memperoleh pekerjaan yang baik. Sehingga, sudut pandang pekerjaan identik dengan gaji besar dan layak. Adapun sumber uang dikesampingkan dan acapkali tidak diperbincangkan.
Dalam Islam, konsep halal tidak semata-mata merujuk pada zat. Semisal makanan dan minuman yang wajib berlogo halal. Cara memperoleh uang juga menentukan apakah sumber uang masuk katagori halal atau haram.
Tidak dapat dipungkiri, keberkahan dari sebuah pekerjaan erat kaitannya dengan cara seseorang memperolehnya. Apakah melalui jalur yang benar atau dengan menyogok agar diterima.
Sedikit orangtua yang menanamkan prinsip keberkahan pada anak. Dengan kata lain, asalkan anak mendapat pekerjaan dengan gaji yang 'cukup', maka ia dianggap berhasil. Sedangkan perkara sumber uang urusan belakangan.
Sumber uang menentukan kualitas hidup. Ada yang berlimpahan harta, namun serba kekurangan. Tidak sedikit yang kekurangan uang, namun tercukupi dan bahagia. Jurang pemisahnya bukan pada jumlah, akan tetapi cara mendapatkannya.
Uang yang didapat dengan cara tidak benar menimbulkan masalah di kemudian hari. Baik itu dalam rumah tangga atau aspek kehidupan lainnya. Apalagi dengan cara yang haram dan mendhalimi orang lain. Ada harga yang harus dibayar pada waktunya!
Orangtua semestinya memberi pedoman hidup yang baik bagi anak. Termasuk di dalamnya mengarahkan anak pada jenis pekerjaan yang baik. Bayangkan betapa besar pahala orangtua dari setiap uang halal yang diperoleh seorang anak.Â
Belum lagi sisi keberkahan yang diperoleh. Sedikit namun berkah jauh lebih baik dari berlimpah tapi menjadi sumber musibah dalam hidup.
Walaupun perkara ini terdengar sederhana di telinga, berusahalah menanamkan prinsip hidup yang benar pada anak. Saat orangtua telah tiada, anak adalah aset terbaik sebagai ladang pahala.Â
Pun demikian, bersebab anak, orangtua harus rela menanggung azab pedih dalam kubur. Oleh karenanya, semasa hidup di dunia arahkan anak pada prinsip hidup yang benar agar mereka terhindar dari harta haram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H