Kebutuhan akan sampah plastik didorong oleh gaya hidup. Manusia tanpa sadar telah merusak alam demi memenuhi kebutuhan. Pada dasarnya, manusia sama sekali tidak membutuhkan plastik untuk menopang kehidupan di muka bumi.
Akibat keserakahan manusia puluhan tahun lamanya, ekosistem alam berubah drastis. Bahan pembuatan plastik yang dikeruk dari dalam bumi tidak sekedar merusak unsur hara tanah, tapi juga menyebabkan hilangnya keseimbangan sumber makanan alami dari alam.
Tanpa kita sadari, hewan-hewan teracuni akibat sampah plastik. Tidak berhenti di darat, biota laut pun menanggung akibat ulah tangah manusia.Â
Di Samudra pasifik, jumlah sampah plastik 6 kali lipat lebih banyak dari jumlah plankton. Ahasil, hewan laut menganggap sampah plastik sebagai sumber makanannya.Â
3.2 ton sampah plastik mengalir ke laut. Parahnya lagi, sampah-sampah ini bertahan ratusan tahun di samudra. Sebagian besar sampah yang berakhir di laut terpecah menjadi partikel kecil yang lumrah dikenal dengan sebutan microplastic.Â
Ukuran sampah plastik yang telah pecah berkisar 0,5-5 mililiter. Mikroplastik ini dengan mudahnya dimakan oleh hewan laut. Mereka menyangkanya plankton. Lalu, ikan-ikan yang telah memakan plastik ditangkap nelayan dan dikonsumsi oleh manusia.Â
Sungguh miris! keserakahan tangan manusia mengakibatkan alam kehilangan keseimbangan. Rantai makanan terputus dan hewan-hewan teracuni oleh plastik-plastik halus hasil kecerobohan manusia.Â
Bukankah ini perilaku buruk yang seharusnya dihentikan?
Manajemen Sampah
Masalah sampah seakan tidak pernah menemukan jalan keluar. Perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi plastik bersembunyi dibalik kebijakan pemerintah yang tidak lain menguntungkan mereka.Â
Profit penjualan plastik hanya menguntungkan segilintir orang, namun merusak alam dalam skala besar. Dalih kebutuhan akan plastik adalah kekeliruan berselimut keserakahan manusia rakus.
Kini alam menanggung beban. Ekosistem alami, termasuk pasokan rantai makanan terganggu. Hewan-hewan kehilangan sumber makanan alami yang dulunya sangat mudah diperoleh.Â
Apakah manajemen sampah begitu buruk?