Ada dua tipe guru di dalam kelas. Pertama, guru yang mengajar untuk menghabiskan waktu. Kedua, guru yang mengajar dengan memanfaatkan waktu. Dari kedua jenis guru ini, tipe pertama relatif lebih banyak dibanding satunya lagi.
Guru-guru di sekolah mengajar dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Idealnya, guru yang baik mampu mendesain RPP yang bagus. Namun, banyak guru yang juga tidak mengajar sepenuhnya berdasarkan RPP yang sudah disusun.Â
Nah, ketika guru masuk ke dalam kelas tanpa persiapan, mereka condong mengajar untuk menghabiskan waktu. Alhasil, fokus pembelajaran bisa keluar dari tujuan utama.Â
Jika guru tidak benar-benar menyusun rencana pembelajaran, maka murid akan menjadi korban. Di banyak tempat, guru tidak sepenuhnya paham cara menyusun pembelajaran mengikuti materi ajar. Kadangkala mereka terjebak dengan alokasi waktu belajar.Â
Kenapa ini bisa terjadi?
Seorang guru sejati paham bagaimana cara memanfaatkan waktu sebagai proses transfer ilmu. Untuk itu, media pembelajaran dan jenis aktivitas kelas lebih dulu dipertimbangkan untuk disesuaikan.
Tidak semua murid mampu menangkap pelajaran dengan topik berbeda. Guru dengan pengalaman mengajar yang baik menyusun strategi pembelajaran dengan mempertimbangkan aspek kemampuan siswa.Â
Makanya, guru yang pandai memanfaatkan waktu sejatinya mengajar dengan hati. Sementara itu, guru dengan kemampuan pedagogi kurang cenderung menghabiskan waktu.
Adakah contoh guru yang mengajar untuk menghabiskan waktu semata?
Anak-anak di sekolah kadang harus mengerjakan tugas yang diberikan guru. Mereka membawa pulang tugas untuk dikerjakan di rumah. Esok harinya tugas dikembalikan ke guru tanpa umpan balik (feedback).Â
Nah, jika pola mengajar sekedar menghabiskan waktu, maka guru tidak memahami esensi pembelajaran. Mereka boleh saja memberi tugas pada siswa sekedar untuk dikerjakan, bukan untuk penguatan materi yang sudah dipelajari.Â