Penindasan terhadap rakyat Palestina begitu nyata. Nyawa seakan tidak ada harga. Mereka hidup dalam ketakutan, kelaparan dan kesengsaraan berkepanjangan.
Media barat hanya meliput berita yang menguntungkan. Headline yang ditampilkan selalu menyalahkan satu pihak dan menutupi kesalahan pihak lain.Â
Pada kenyataannya, Palestina hidup di tanah sendiri. Baru kemudian yahudi datang belakangan untuk mengemis tinggal disana. Bagaimana mungkin sekarang mereka memiliki tanah dan bersikap angresif pada penduduk yang dulunya menyambut mereka.
Tangisan rakyat Palestina tidak berhenti puluhan tahun lamanya. Rumah mereka dihancurkan dan dipaksa mengungsi. Lalu, tempat pengungsian di rudal tanpa ampun.Â
Bukankah tentara Israel sudah sangat biadab ?
Beberapa hari yang lalu 100 jamaah shalat subuh tewas karena diserang saat shalat. Â Tidak ada lagi tempat yang aman bagi rakyat Palestina. Mereka hidup dalam keprihatinan setiap detiknya.Â
Keadaan hari ini dan esok bisa berbeda 180 derajat di Palestina. Kata AMAN sepertinya telah lenyap dari mereka. Tapi, di tengah gempuran Israel yang biadab, mereka tetap teguh mempertahankan keimanan sampai akhir hayat.
Publik di Amerika sudah mulai bersuara. Kampus-kampus di Amerika mulai memprotes campur tangan pemerintah mereka. Jumlah dana yang digelontorkan Amerika untuk Israel sangat besar. Kalau bukan karena bantuan Amerika, tentu saja. Israel sudah hancur lebur.
Sayangnya, suara publik tetap tidak dihiraukan oleh pemerintah Amerika. Entah sampai kapan Amerika turut ikut campur urusan negara lain dan bangga melihat ribuan nyawa hilang di tangan penjajah.Â
Ya, begitulah kenyataannya. Negara pembela HAM adalah pelanggar HAM terberat. Bagaimana mungkin menghukum pembuat hukum yang hatinya hilang dalam ketamakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H