Siang itu cuaca begitu terik. Terbesit dalam hati untuk membeli kelapa muda. Ada satu penjual kelapa muda yang sudah menjadi langganan sejak puasa. Cara berjualannya sangat berbeda dengan orang lain.
Beberapa kali saya membeli kelapa di tempatnya, takaran air kelapa selalu sama. Jika kelapa yang dibelah isinya sedikit, ia akan membelah kelapa lain untuk menambahkan air dan isinya.
Kalau dikira-kira, caranya berjualan tidak masuk akal. Bukannya untung, yang ada malah rugi. Tapi, hukum alam tidak pernah menipu siapapun.Â
Abang yang berjualan ini orangnya jujur sekali. Dia tidak membedakan antar pembeli, semua disamaratakan. Kalau di tempat lain, kelapa yang sudah dibelah airnya sedikit bakalan tidak ditambah.Â
Istrinya juga rajin membantu menggiling tebu dengan mesin sederhana. Pasangan ini saling membahu melayani pelanggan yang mampir untuk membeli.
Lokasi tempat keduanya berjualan memang persis di samping jalan. Sangat gampang ditemukan jika melintasi area jalan besar kawasan Pangoe raya, Banda Aceh.
Begitulah seharusnya penjual yang baik. Berlaku jujur dan memperlakukan pembeli dengan cara yang sama. Dengan begitu, orang tertarik untuk kembali lagi membawa calon pembeli lain.
Sayangnya, tidak semua penjual bisa berjualan dengan jujur. Kadangkala yang mereka kejar adalah keuntungan semata dan melupakan kejujuran. Alhasil, usahanya malah buntung dalam hitungan bulan.Â
Boleh jadi, dari penjual tebu dan kelapa muda ini kita bisa belajar makna rejeki yang halal. Bekerja dengan jujur dan memberikan yang terbaik tanpa berharap lebih.