Dari data yang terbentuk pada aplikasi, saya lebih mudah untuk mengevaluasi kemana uang dihabiskan. Contohnya, berapa kebutuhan dapur, transportasi, makan di luar, dan anggaran pendidikan.
Dengan data yang bisa dilihat setiap hari, visi dan misi keuangan jauh lebih gampang untuk dibentuk. Berbeda ketika mengeluarkan uang tanpa catatan, jatuhnya kita sekedar menebak tanpa tahu pasti berapa uang yang sudah dikeluarkan.
Nah, pos anggaran yang sudah kita tetapkan berfungsi untuk memandu kita saat bertransaksi. Apabila budget yang sudah ditentukan tidak tercukupi, alternatif terbaik adalah memangkas pos anggaran yang dirasa tidak terlalu penting.Â
Tentunya harus ada yang diprioritaskan. Apakah lebih mementingkan gizi keluarga atau pendidikan anak? semua kembali pada visi dan misi keluarga.Â
Biaya pendidikan yang semakin naik menjadi tolak ukur untuk menetapkan visi keuangan keluarga. Dengan begitu, setiap pos anggaran berstandar pada misi jangka panjang 20-30 tahun kedepan.
Contoh lain, untuk mengantisipasi biaya kesehatan yang besar di masa depan, anggaran dapur mesti dikedepankan sebaik mungkin. Daripada mengalokasikan uang untuk biaya berobat, jauh lebih baik untuk menganggarkan uang belanja makanan bergizi.
Jadi, mengatur keuangan bukan hanya bermanfaat untuk sekedar melatih hidup sederhana, namun juga lebih efektif untuk menjaga kesehatan jangka panjang melalui pola manajemen keuangan.
Dengan begitu, berhutang tidak lagi dianggap penting. Intinya ada pada kemampuan mengatur keuangan dengan visi yang jelas. Hidup sederhana mudah dilakukan jika diawali dengan visi dan misi terukur. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H