Berpikir kritis tidak harus dengan cara yang sulit. Sebuah puzzle sederhana bahkan bisa melatih siswa untuk berpikir kritis. Di tempat saya mengajar, siswa yang datang cepat bisa terlebih dahulu menyusun kepingan-kepingan gambar membentuk bangunan, hewan, atau lainnya sebelum masuk ke dalam kelas.
Ternyata, hal sederhana seperti ini mengajarkan banyak makna. Siswa yang lebih dulu tiba bisa melakukan hal yang menyenangkan sambil melatih daya pikir, kreatifitas dan imajinasi mereka.Â
Kepingan gambar yang menunjukkan warna yang sama memberi isyarat tata letak sebagaimana gambar aslinya. Siswa tidak hanya sekedar menempatkan kepingan gambar pada posisi yang benar, tapi juga secara bersamaan melatih fokus dan konsentrasi.Â
Saat beberapa siswa lain datang di waktu yang sama, mereka juga dapat bekerjasama untuk mencari alteratif cara yang lebih efektif untuk menyusun gambar menjadi sebuah gambar yang utuh.
Tentu saja ini bukan perkara gampang! Uniknya, ketika siswa terpacu untuk saling membantu, mereka bisa mengerjakan dengan lebih cepat dan melatih menjadi seorang leader atau pemimpin.Â
Satu siswa mengarahkan warna kepingin, satunya lagi mencari warna dan gambar yang mirip, sedangkan lainnya memikirkan posisi kepingan merujuk pada warna dan gambar. Sebuah ilustrasi teamwork yang cerdas.Â
Bayangkan saja jika siswa tiba ke sekolah dan mengerjakan teka-teki atau puzzle sederhana seperti ini 10-15 menit, bukankah daya pikir kritis mereka juga terlatih setiap harinya.Â
Lalu, bayangkan siswa yang tiba di sekolah tanpa tahu harus mengerjakan apa. Bukankah waktu terbuang sia-sia?
Di sekolah, siswa memang belajar dari banyak buku dan penjelasan guru. Akan tetapi, seringnya mereka hanya mencatat dan menghafal seperlunya. Kegiatan-kegiatan sederhana yang bertujuan untuk melatih daya pikir siswa jarang difasilitasi.Â
Investasi kecil seperti puzzle bergambar memberi ruang bagi siswa untuk memupuk kreatifitas sejak kecil. Mereka juga terlatih untuk memanfaatkan waktu mengerjakan hal-hal yang mempertajam daya pikir.Â