"Bang, apa kabar udah lama gak jumpa?"
Saya menyapa seseorang yang pernah saya ajak ngobrol sekitar 1-2 tahun yang lalu. Ingatan saya kembali ke sebuah warung kopi dan satu gerobak lontong sayur khas medan.
Saat itu, saya mengajak ngobrol beliau yang namanya tidak begitu kekal di ingatan. Ketika tanpa sengaja saya bertanya apakah beliau juga menjual lontong yang cocok di lidah ini di kawasan berbeda, katanya ada 2-3 cabang yang sedang berkembang.
Beberapa kali saya juga mampir ke warung kopi yang kebetulan berjarak beberapa menit dari rumah, saya juga sempat bertemu langsung dengan beliau yang kebetulan sedang mengawasi penjual yang sudah direkrutnya.Â
Rasa lontong racikannya memang berbeda dari lontong kebanyakan yang sudah saya rasa. Selain lebih soft rasa kuahnya dengan kadar santan yang pas, bumbu tambahan yang menghiasi piring juga begitu menggugah selera.
Masalah rasa relatif stabil. Saya sudah mencoba di dua area berbeda dan memang PAS. Tidak heran, peminatnya harus rela antri untuk mencicipi sepiring lontong.Â
Pagi ini di tempat berbeda, berdekatan dengan tempat saya bekerja, tanpa sengaja saya melihat beliau sedang duduk dan langsung menyapanya.
Ternyata beliau masih mengigat saya walaupun sudah dua tahun tidak pernah berjumpa. Dimana pun rak lontongnya berada, pengunjung pasti rame.Â
Satu hal yang tidak pernah berubah adalah rasa. Rahasia usaha kuliner memang selalu terletak pada rasa yang harus dijaga. Kali ini saya tidak memesan lontong, melainkan sepiring nasi dengan lauk sepotong ikan.
Ya, beliau juga menjual nasi dengan pernak pernik lauk tambahan yang berbeda dari kebanyakan penjual nasi lainnya. Itu juga satu keunggulan beliau.Â