Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Bolehkah Membiarkan Anak Bermain Sendiri agar Mandiri?

30 Oktober 2023   17:39 Diperbarui: 4 November 2023   21:50 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak bermain | freepik.com

Ketika sedang menemani anak bermain kemarin sore, saya dihadapkan oleh satu kejadian yang memicu saya untuk menulis artikel ini. 

Sore itu ada tiga orang anak yang sedang menuju area tempat bermain. Tebakan saya, satu berumur masih di bawah dua tahun, satu lagi boleh jadi sekitar 3 tahun, dan yang menemani mereka berdua berumur 5 atau 6 tahun. 

Saya berasumsi berdasarkan ukuran badan mereka bertiga dan kemampuan komunikasi ketiganya. Nah, saya mencoba melirik ke kiri dan kanan untuk memperhatikan apakah ada orang tua yang mendampingi mereka. Ternyata tidak kelihatan dari pantauan! Sang kakak kelihatannya dipercayakan untuk membawa kedua adiknya bermain.

Sekitar 300 meter dari tempat bermain ini terdapat sebuah warung kopi yang cukup besar. Boleh jadi orang tuanya sedang menikmati secangkir kopi sore hari. Ya, sah-sah saja sih. 

Saya juga pernah melakukan hal yang sama, tapi tidak serta merta melepas anak begitu saja sendirian. Paling tidak saya berbagi waktu untuk bergantian mengawasi anak bersama istri. 

Kondisi tempat permainan tidak selamanya aman, apalagi yang letaknya tidak mudah dipantau atau tertutup. Pada kejadian kemarin sore sebagai contoh, ketiga anak ini malah tidak membawa uang saat bermain.

Akhirnya, sang kakak pergi menemui orang tuanya sambil menggendok sang adik untuk mengambil uang. Sedangkan satunya lagi dibiarkan tinggal sendirian bermain. Bagaimana jika ada yang berniat jahat? sekejap saja hal tak terduga bisa terjadi pada anak tersebut. 

Tidak berhenti sampai disitu. Setelah merasa bosan bermain, anak yang paling kecil ini merengek dan meminta bermain yang lainnya. Padahal, kakaknya hanya diberi uang untuk bermain satu jenis saja. 

Apa yang dilakukan sang kakak kemudian? dia terpaksa menggendong sang adik ke tempat orang tuanya untuk kedua kalinya. Tujuannya satu, yaitu kembali meminta uang. 

Saat digendong, sang adik terlihat tidak bersahabat. Ia beberapa kali memberontak karena berpikir sang kakak tidak mau menuruti keinginannya. Setelah berhasil mendapatkan uang, mereka berdua kembali untuk mencoba permainan memancing di sebuah kolam yang letaknya berdekatan. 

Saya salut dengan kemandirian sang kakak. Ia mampu 'menjaga' adiknya walaupun harus rela tidak mendapat kebagian waktu bermain. Namun dari itu, rawut wajah sang kakak menunjukkan satu hal yang tidak bisa menipu, yakni KEWALAHAN.

Untungnya, si adik yang satunya lagi sangat bersahabat. Sayangnya, ia dua kali dikorbankan untuk bermain sendiri karena dianggap lebih besar. Sesuatu yang berbahaya bisa saja terjadi saat itu.

Sebagai orang tua, saya mungkin berpikir sampai tiga kali jika terpaksa meninggalkan anak bermain sendiri. Alasannya bukan hanya karena faktor keselamatan anak, tapi juga perasaan anak ketika ditinggal bermain sendirian.

Bagi sebagaian orang tua, meninggalkan anak untuk bermain sendiri atau bersama kakak adik adalah proses pembelajaran untuk melatih kemandirian. Saya sepakat untuk satu hal ini. 

Meskipun demikian, membiarkan anak untuk bermain tanpa pengawasan orang tua pada tempat yang membahayakan tidaklah tepat. 

Sebagai contoh, area bermain di lapangan yang luas atau di tempat-tempat yang memang membutuhkan pengawasan orang tua.

Pada kasus yang saya perhatikan kemarin, dari awal sampai anak selesai bermain tidak ada salah satu orang tua yang menemani anak-anak bermain. Jika saja ada orang yang ingin berbuat jahat, maka sesuatu yang buruk bisa terjadi pada salah satu anak.

Untuk anak yang masih berumur 1-3 tahun, malah sebaiknya tidak dilepas bermain begitu saja. Jenis permainan anak tidak semuanya aman. Kadangkala, permainan indoor yang beragam tidak semuanya cocok untuk anak-anak. 

Sekalipun ada petugas yang berjaga di area bermain, kelalaian atau ketidaktahuan anak akan potensi bahaya bisa memicu kecelakaan ketika bermain. Oleh karenanya, alangkah lebih baik orang tua tetap mengawasi dari jarak yang tidak terlalu jauh.

Kemandirian anak akan terbentuk dengan pembiasaan secara perlahan disesuaikan dengan umur. Jadi, melepas anak untuk bermain sendiri tanpa melatihnya terlebih dahulu akan berdampak pada sisi psikologis.

Faktor kesiapan mental anak juga perlu dipertimbangkan. Tidak semua anak siap untuk bermain sendiri manakala berhadapan dengan anak-anak lain yang umurnya lebih tua. Berbeda ketika anak diawasi oleh orang tua, mereka lebih merasa aman dan tidak cemas.

Sambil mengawasi anak, orang tua juga dapat mengajarkan mana hal-hal yang harus dihindari anak ketika bermain. Misalnya, pada permainan yang melibatkan fisik seperti melompat, ajarkan anak untuk menjaga jarak dengan anak lain agar tidak bertabrakan ketika melompat dalam waktu bersamaan. 

Intinya, membersamai anak ketika bermain bukan hanya perkara berada disana, namun juga sebagai sarana mendidik anak untuk membangun rasa percaya diri, keberanian, kewaspadaan dan kehati-hatian. 

Dengan begitu, anak akan lebih siap secara mental jika suatu waktu harus bermain sendirian tanpa didampingi orang tua. Melatih kemandirian tentunya mesti dilakukan secara bertahap dan disesuaikan dengan umur anak. 

Memberi tanggung jawab seorang kakak untuk menjaga adik bermain sedangkan orang tua menikmati waktunya untuk bersantai tentu saja tidak tepat. Ini bukan berarti orang tua harus selamanya menjaga dan memantau anak bermain.

Kesiapan anak untuk menjalankan tanggung jawab seperti menjaga adik bermain harus terlebih dahulu dipahami orang tua dengan baik. Artinya, ketika anak mau menemani adiknya bermain tidak serta merta berarti mereka siap dan mampu menjalankan tanggung jawab tersebut.

Latihlah anak secara berkala dengan tidak langsung melepas mereka untuk bermain sendirian. Tetaplah mengawasi dari jarak yang tidak terlalu jauh dari anak. Dengan begitu, orang tua tetap mampu memantau gerak gerik anak ketika bermain. 

Selanjutnya, ajak anak untuk mengutarakan pengalaman bermain dan kenali emosi mereka lebih detil. Tanyakan bagaimana jika mereka bermain sendirian atau bersama kakaknya, apakah merasa nyaman dan aman. 

Jika jawabanya ia, maka cobalah untuk membiarkan mereka bermain bersama tapi diawasi dari jarak yang masih mudah dijangkau. Pada saat selesai bermain, tanyakan kembali bagaimana perasaan anak saat orang tua tidak berada dekat disana, apakah mereka tetap merasa nyaman bermain dan tidak khawatir. 

Satu hal lagi yang menurut saya penting adalah tidak membiarkan anak membayar sendiri, apalagi mereka tidak paham berapa jumlah yang harus mereka bayar. Tidak tertutup kemungkinan biaya akan bertambah mahal pada jenis permainan yang tidak tertulis biaya dan waktu bermain. 

Orang tua jangan langsung menyerahkan tanggung jawab pada anak, terlebih jika mereka belum memahami apa yang harus dilakukan. Lebih bijak jika orang tua mengajarkan terlebih dahulu sebelum mempercayakan anak untuk melakukan sesuatu yang membutuhkan bimbingan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun