Kesalahan umum pada orang tua adalah kurangnya rasa sabar ketika menemani anak. Tidak heran, banyak orang tua lebih memilih untuk membelikan anak mainan dengan tujuan mereka lalai.
Padahal, rasa bosan pada anak kendatinya dapat dijadikan titik awal hadirnya kreatifitas. Kreatif untuk berpikir apa yang hendak dilakukan tanpa mainan.Â
Sebut saja kisah seorang anak asal Rwanda yang bernama Abdul Salam Nizeyimana. Ia tumbuh besar di negara dengan latar belakang konflik. Masa kecilnya dihabiskan dengan membuat mainan dari botol bekas.Â
Tidak disangka, kemiskinan memicu kreatifitasnya. Walaupun orang tuanya terbunuh dan dibesarkan oleh kakeknya, ia berhasil bangkit dan belajar sangat keras hingga menjadi seorang tehnisi komputer.Â
Tahun 2016 Abdul bergabung dengan perusahaan Zipline yang memasok kebutuhan medis di Rwanda dengan menggunakan drone. Ia bahkan menjadi tehnisi handal dalam tim. [baca disini]
Boleh jadi, sisi kreatifitas Abdul tidak terbentuk jika masa kecilnya dipenuhi segala jenis mainan. Keterpurukan masa kecil dan keingintahuan dengan berimajinasi memberi ruang kreatifitas pada otaknya.
Abdul adalah salah satu contoh dari sekian banyak anak yang mungkin saja tidak memiliki nasib baik di masa kecil. Akan tetapi, dengan rasa bosan, kreatifitas bisa lebih mudah terbentuk melaui proses berpikir dan mencoba.Â
Masa kecil perlu dipupuk dengan rasa ingin tahu yang muncul secara alami. Proses bermain juga akan lebih baik melibatkan aktivitas fisik dengan menghabiskan waktu domina di alam.
Tentu saja ini bukan bermakna mainan tidak baik untuk perkembangan anak. Pun demikian, membiasakan anak untuk terus mengoleksi mainan adalah hal yang tidak tepat karena menyebabkan sisi kreatifitas anak tidak terpacu.
Orang tua punya peran penting untuk memancing kreatifitas anak dengan bertanya hal-hal simpel. Terlebih, saat anak dengan keingintahuaannya mencoba hal baru, biarkan mereka dan berikan panduan dengan membimbing.
Kreatifitas anak tidak harus muncul dalam kesempurnaan, sebaliknya ia terpicu karena ketiadaan. Masa kecil dalam kemiskinan bukanlah sebuah cobaan yang mematikan kreatifitas.Â