Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi seorang teman yang terbaring lemas di ranjang. Sudah 3 bulan lamanya ia tidak mampu berdiri tanpa bantuan kursi roda.
Pada awalnya, ia memeriksakan diri ke rumah sakit karena keluhan muntah. Berdasarkan hasil pemeriksaan, ia divonis mengidap tipes. Walhasil, ia harus menginap di rumah sakit setidaknya beberapa minggu.Â
Keluar dari rumah sakit, rasa sakit juga belum hilang. Dengan inisiatif sendiri dan dorongan keluarga, ia pergi mengecek ke dokter lain. Ternyata, setelah dilakukan USG, terdapat tanda yang tidak baik di bagian lambung.Â
'lambungmu rusak parah' begitulah kalimat yang terdengar. Untuk memastikan itu, ia melakukan endoskopi pada spesialis lambung guna melihat kondisi lambung dari dalam. Tenyata benar! kondisi lambung sedang tidak baik-baik saja.Â
Bobot badannya menurun drastis dari angka 80 an ke angka 60 an. Apapun makanan yang masuk ke tubuh ditolak dan dimuntahkan. Perlahan, ia merasa kebas pada bagian kaki yang pada akhirnya sulit digerakkan.Â
Pekerjaan yang ia tekuni membuatnya harus berpergian dalam kurun waktu yang relatif lama. Bukan hanya itu, terkadang waktu tidur tidak cukup dan asupan makanan tidak terkontrol dalam perjelanan.
Dengan pola hidup yang tidak teratur, ada jam tidur yang diabaikan dan banyak makanan dan minuman masuk berlebih ke dalam lambung dalam waktu lama.Â
Sekilas, terlihat raut wajah menunjukkan penyesalan. Padahal, tubuh sudah memberikan tanda-tanda tapi mungkin saja diabaikan karena terasa 'baik-baik' saja.
Ya, kesehatan memang terasa mahal saat tubuh tidak lagi mampu berfungsi normal. Seringnya, kita mengangap tubuh sedang 'baik-baik' saja, sehingga makanan dan minuman yang masuk tidak disaring.
Pun demikian, kita terkadang abai akan jam istirahat yang dibutuhkan tubuh. Karena terlihat mampu, kita tidak memberi jatah istirahat untuk organ tubuh.Â