Entah bagaimana caranya, anak saya berhasil mengunduh sebuah game dari play store. Ini bukan kali pertama ia mengunduh game. Setelah saya cek, ternyata banyak game lain yang sudah terunduh. Untung itu HP mamaknya. hehe
Ya, anak kecil memang senang mencoba! mereka memiliki keinginan untuk tahu lebih besar dari orang dewasa. Saya malah terkejut ketika mengetahui game yang anak saya unduh adalah permainan sejenis interior design.Â
Wah, cantiknya! saya terkesima melihat hasil desain rumah via game yang sudah ia unduh tadi. Saya tahu persis anak saya ini punya bakat menggambar di umur yang masih di bawah 10 tahun.
Alhasil, saya coba membandingkan kamar yang diperlihatkannya sebelum ditambahkan apa-apa dan setelahnya. Sungguh luar biasa! imajinasinya patut diapresiasi.
Mungkin, saya sendiri masih sulit menempatkan furnitur sesuai posisinya. Tapi, apa yang dilakukan anak saya sudah sangat baik mengingat usianya yang belum pada kapasitas berpikir logis secara utuh.Â
Nah, Sekilas saja terenyuh dan berpikir, bagaimana jika ia tidak diberi kesempatan mencoba. Bukankah itu akan menghentikan kreatifitas yang ada di benak anak saya?
Lalu, saya teringat kembali ketika melarang anak untuk mencoba hal-hal yang menurut saya agak ekstrem atau tidak baik. Nyatanya, semakin sedikit anak diberi kesempatan mencoba, maka sedikit pula ia mendapat rangsangan.
Artinya, anak yang kreatif perlu mencoba sebagai pematik keingintahuan. Makanya, umur 1-5 tahun adalah masa percobaan bagi seorang anak. Ia perlu terlibat aktif untuk memacu saraf motorik.
Oleh karenanya, anak perlu bergerak, mencoba hal baru, mengeksekusi hasil pemikirannya. Tentu saja ini mustahil dilakukan jika orang tua terlalu protektif.
Misalnya, anak dilarang memanjat kursi, anak dihentikan saat mencoret dinding, anak dibiarkan menetap dalam rumah. Bukankah cara seperti ini adalah awal mula matinya kreatifitas?