Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi alternatif paling menjanjikan. Cahaya matahari melimpah di sepanjang tahun pastinya membawa dampak positif untuk media trasfer energi di hampir semua provinsi di Indonesia.
Namun dari itu, biaya instalasi PLTS tidaklah murah. Artinya, modal di awal wajib dipertimbangkan jika ingin beralih ke energi surya. Hal ini tentu secara tidak langsung membuat peminat harus berpikir dua sampai tiga kali sebelum membuat keputusan.
Apalagi, bagi masyarakat dengan penghasilan menengah kebawah akan lebih sulit untuk beralih atau sekedar mencoba. Secara teori, kebutuhan listrik rumah tangga jauh lebih efisien jika memanfaatkan sinar matahari yang berlimpah.
Ada dua jenis PLTS untuk kebutuhan rumah tangga: On-Grid dan Hybrid. Perbedaannya hanya pada ketersediaan baterai saja. Maknanya, PLTS On-Grid hanya bisa digunakan di siang hari karena energi tidak disimpan pada baterai melainkan langsung digunakan.
Sedangkan untuk Hybrid, energi bisa disimpan untuk digunakan di malam hari. Keunggulan On-Grid adalah lebih murah tapi tidak efisien untuk penggunaan berkelanjutan, Hybrid membutuhkan investasi lebih besar di awal tapi bisa dipakai kapan saja selama energi tersimpan.
Berapa taksiran biayanya?
Nah, jika rata-rata per bulan pemakaian listrik sekitar 1 jutaan dengan daya 2.200 watt, kemungkinan kebutuhan PLTS adalah 2.2 kilo watt-peak (kWp). Biaya instalasi adalah sekitar 35 jutaan.
Sementara untuk kebutuhan 1 kWp, taksiran biaya instalasi bisa 15-20 juta. Perlu diketahui, ini belum termasuk biaya instalasi smart meter dari PLN. Dengan harga segini, investasi di awal baru bisa kembali setelah 7-8 tahun masa pemasangan.
Apakah setiap rumah layak untuk beralih ke PLTS?
Karena biaya investasi yang terlihat mahal di awal, bagi saya pribadi PLTS lebih cocok untuk rumah tangga dengan penghasilan menengah ke atas.
Keunggulan PLTS adalah ramah lingkungan. Selain itu, ketergantungan pada PLN sebagai pemasok listrik plat merah bisa dikurangi. Secara tidak langsung, ada nilai penghematan yang boleh jadi sangat signifikan.
Efisiensi penggunaan PLTS atap tentu tidak sama seperti energi listrik dari PLN. pelanggan PLN hanya butuh membayar untuk memakai listrik tapa harus pusing biaya instalasi.
Makanya, memutuskan untuk memasok listrik via PLTS adalah sebuah investasi yang tidak boleh dilakukan sembarangan. Perhitungan yang matang akan modal awal dan biaya perawatan mesti dipikirkan.
Sebenarnya, biaya perawatan sangat bergatung pada jenis solar panel yang digunakan. Rata-rata instalasi PLTS saat ini menjamin sampai 10 tahun pemakaian.Â
Meskipun demikian, jenis baterai dan ketahanan tetap saja menjadi kendala besar. Kalau pasokan listrik berlimpah, tapi energi yang disimpan terbatas karena kapasitas baterai yang kecil, nilai investasi menjadi tidak efisien dalam jangka waktu lama.Â
Mungkin saja, beberapa tahun kedepan, ada penemuan jenis baterai yang lebih efektif untuk menampung energi listrik. Boleh jadi biayanya akan lebih murah seiring inovasi teknologi yang terus dipacu.
Semoga saja biaya instalasi PLTS jauh lebih murah di masa depan, sehingga memungkinkan masyarakat kelas menengah kebawah untuk menikmati cahaya tanpa harus khawatir pemadaman bergilir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H