Dalam sebuah komunitas seperti grup WA, apakah terdapat satu penulis? secara pasti, tidak mudah menjawabnya!
Di beberapa kesempatan, saya sering mengobservasi teman-teman yang mengajar di sekolah dan kampus. Kebanyakan dari mereka tidak menulis. Saya tidak meragukan kemampuan menulis yang mereka miliki, tapi kemauan menulis boleh jadi.Â
Setiap orang mampu menulis jika mau. Kemampuan menulis dimulai dari sebuah kemauan. Sayangnya, orang-orang dengan potensi ilmu berlimpah jarang yang mau menulis. Akibatnya, ilmu mereka sekedar menetap pada dirinya.
Dalam konteks akademik, saya juga sangat sering memperhatikan bagaimana dosen kelabakan ketika diminta untuk menulis artikel berbentuk jurnal ilmiah.
Ada yang terang-terangan minta nebeng sebagai penulis kedua atau ketiga. Tujuannya satu, yaitu agar ketika terpublikasi, namanya ikut nimbrung disana. Sungguh menyedihkan!
Anggapan menulis itu sulit mudah untuk dipatahkan. Ketiadaan kemauan untuk menulis jelas menjadi hambatan utama banyak orang. Makanya, pendidik yang tidak mau repot selalu memakai jalan pintas.
Pola naik jabatan dengan angka kredit dari tulisan melahirkan banyak tulisan palsu. Artinya, penulis yang benar-benar menulis hanya satu, satunya lagi sekedar titip nama. Lalu, apa fungsinya sebuah tulisan?Â
Ya, itu berlaku bagi semua orang. Bagi mereka yang masih menghargai jerih payah dan ilmu, kemauan untuk menulis membentuk kemampuan menulis yang terasah.
Intinya, konsisten menulis!Â
Apakah kita termasuk salah satu dari orang yang konsisten menulis? semoga saja! Sebagaimana petani yang rajin menanam, suatu saat pasti tiba masa panen.Â
Penulis yang konsisten menulis suatu masa akan memetik hasil. Namun, hasil menulis tidak harus berupa buku. Kadangkala manfaat yang dipetik oleh pembaca melebihi manfaat sebuah buku.