Beberapa waktu lalu, jaringan Bank Syariah Indonesia (BSI) sulit digunakan untuk transaksi oleh nasabah. Sekedar mengecek saldo saja muncul notifikasi "time out" berulang kali.
Saat berbelanja buah di sebuah pasar kawasan kota, seorang nasabah berujar "BSI banyak masalahnya". Di lain waktu, nasabah demi nasabah kian merasa dirugikan dengan pelayanan BSI yang boleh dikatakan mengenyampingkan kenyamanan.Â
Pada kenyataannya, BSI juga terbukti terledor dalam hal keamanan data nasabah. Data nasabah yang berhasil diretas kini terpampang rapi untuk diakses. Ya, BSI berhasil diretas dan ini jelas merugikan nasabah.
Dalam aspek pelayanan transaksi, BSI juga masih terlihat setengah-setengah. Fungsi ATM kerap bermasalah, memperlambat transaksi pada waktu yang dibutuhkan.Â
Para pedagang yang bertumpu pada BSI merasa dirugikan. Apalagi, selama sepekan lalu, akses mobile banking mengalami gangguan serius yang berefek pada macetnya transaksi secara masif.Â
Jika kondisinya seperti ini, layakkah BSI dipercaya dalam hal menjaga uang dan terkhusus data nasabah?
Apakah sistem keamanan BSI terpercaya? hanya BSI yang mampu menjawab! tapi, nasabah mungkin saja mulai terbuka mata dan menyaksikan sendiri betapa murahnya harga pelayanan dan keamanan pada bank BSI.
Masyarakat luas semakin bertanya-tanya, mungkinkah BSI tidak mampu melayani nasabah dengan standar operasi bertumpu pada kemananan yang tinggi, ataukah BSI tidak memiliki standar keamanan?
Nasabah memang kerapkali mengeluh, namun keluhan hanya sebatas keluhan tanpa perbaikan pelayanan secara serius. Jika ini terus terjadi, tidak mustahil nasabah segera beralih ke lain hati.Â
Ya, pelayanan tanpa keamanan ibarat rumah tanpa kunci. Pastinya, tidak mudah meletakkan barang dalam sebuah rumah yang kuncinya tidak terpasang.Â