Bagi sebagian pedagang, mengambil untung dengan cara menaikkan harga dianggap sebuah kesempatan. Padahal, ada efek yang harus ditanggung dari kesengajaan menaikkan harga barang.
Momen mudik memang menjadikan berkah tersendiri bagi banyak kalangan pedagang. Khususnya bagi mereka yang menjual minuman dan makanan tertentu, keramaian tentu saja hal yang ditunggu-tunggu.
Sayangnya, tidak sedikit pedang yang memanfaatkan momen berharga ini untuk sekedar menaikkan barang dagangan mereka. Air mineral yang biasanya 3 ribu, bisa dengan mudah ditawarkan dengan harga 5-6 ribu per botol.
Di sisi pembeli, harga segitu memang mahal, namun akses air yang sulit dijangkau membuat pilihan nihil. Akhirnya, ya beli saja ketimbang menahan haus berjam-jam sembari menunggu antrian mobil di jalanan.Â
Hal serupa tidak hanya kita temukan di momen lebaran. Kawasan pantai juga terkenal dengan harga mahal. Harga sebuah kelapa muda bisa dua kali lipat dari tempat lain.Â
Jika tempat berteduh bersama keluarga disediakan di kawasan pantai, tentu saja harga segitu masih mungkin ditolerir dengan asas saling menguntungkan.Â
Jangan Sembarangan Menaikkan Harga
Untuk menggaet banyak pelanggan, jangan tergiur untuk mendapatkan profit yang besar dalam jangka waktu cepat. Banyak pelaku usaha yang akhirnya gulung tikar karena tidak mengindahkan emosi pembeli.
Menjaga harga tetap stabil jauh lebih baik daripada harus menaikkan harga sampai dua kali lipat. Pada kasus berjualan di kawasan pantai, tetapkan harga yang masuk akal dan berikan pelayanan terbaik.
Banyak tidaknya orang yang akan mampir untuk membeli sangat bergantung pada pelayanan. Cara berkomunikasi yang ramah tamah dan sigap melayani berdampak positif pada profit jangka panjang.
Berbeda ketika pedagang menaikkan harga barang mengikuti momen. Misalnya, saat musim liburan harga naik 20% atau ketika terdapat acara tertentu yang diadakan disana, harga dinaikkan tiba-tiba.