Tadi pagi saya mampir sejenak untuk membeli buah-buahan. Kebetulan, pedagang buah yang sering saya singgahi sangat ramah dan terbuka. Bukan hanya soal harga yang murah, tapi juga kualitas buah yang terjamin.
Saya kerap berbincang dengan penjual yang terlihat enak diajak ngobrol. Katanya, buah yang ia dapat bukan dari hasil berhutang. Itu resep awet yang terus ia jaga. Bukan awet muda ya, tapi awet dalam artian masih mampu bertahan sampai sekarang.
Terhitung sudah 20 tahun lebih ia dan istri berjualan buah. Tempatnya kecil dan sangat sederhana tepat di sebuah sudut jalan yang ramai dilewati kendaraan.
Baca juga:Â Kunci Sukses Berbisnis Tanpa Ilmu Pelaris
Di seberang jalan tepat didepannya, ada penjual buah lain yang juga menjajakan beragam buah. "saya sudah lama berjualan disini karena saya tidak mau berhutang" lanjutnya.
Rata-rata penjual buah kadang tersangkut hutang pada seorang toke. karenanya, seringkali penjual buah harus menurut karena merasa berhutang. Buah yang mereka beli kadang di atas harga pasar, akan tetapi mereka tidak bisa keluar "jebakan".
Akibatnya, buah yang dijual sedikit lebih mahal atau bahkan tetap mempertahankan harga pasar, namun disisi lain mereka harus rela tidak meraup untung sama sekali.
"saya tidak mau diatur, lebih baik saya membeli pakai uang yang ada jadi lebih bebas memilih" ungkapnya tegas.
Apa yang dikatakannya memang masuk akal. Di beberapa tempat yang saya singgahi untuk membeli buah, mereka sangat sulit untuk menurunkan harga. Akan tetapi, di tempat ini sedikit beda, ia tidak terlalu mempertahankan harga. Asal sudah untung sedikit, ya cukup.Â
Itulah yang sering saya dengar dari penjual ini. Sikapnya yang ramah dan enak diajak berkomunikasi oleh pembeli membuat perbedaan antara dia dan penjual yang didepannya.Â
Satu keuntungan dari fleksibilitas harga ketika menjual buah memberi keunggulan tersendiri. Walau keuntungan tidak banyak, faktanya ia dan keluarga masih bertahan disana. Puluhan tahun sudah, mejadikan ia penjual buah terlama di area sekitar.