Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Tips agar Anak Tidak Menjadi Pribadi yang Gampang Cemas

23 Desember 2022   18:10 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:14 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cemas muncul karena reaksi yang dipicu oleh dua hal: pengalaman yang sudah terekam oleh otak dan beban pikiran yang berlebih. Saat cemas, tubuh bereaksi dengan menanggapi atau menghindari.

Reaksi pada cemas sangat tergantung pada kemampuan mengontrol diri. Pada banyak kasus, rasa cemas berlebih bisa berefek pada sisi psikologis. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memahami penyebab cemas.

Komunikasi: Komunikasi anak dibawah satu tahun dimulai dengan satu arah. Pada tahap ini anak masih mendengar dan belum bisa merespon kecuali dengan tangisan.

Orang tua sangat perlu membangun komunikasi dengan mimik wajah menyenangkan dan tidak menakut nakuti anak. Rangkaian informasi yang diserap anak pada 12 bulan pertama meninggalkan kesan kuat di otak anak.

Hendaknya pada masa awal kelahiran anak, orang tua benar-benar berusaha untuk memberi pengalaman terbaik bagi anak. Caranya dengan rutin mengajak anak berbicara dan sebaik mungkin menggunakan mimik wajah senang.

Interaksi: Sama halnya dengan komunikasi, orang tua perlu berinteraksi rutin bersama anak dengan menyertai anak sebanyak mungkin. Usahakan untuk melakukan rutinitas berbeda, seperti berbicara, membacakan buku, atau membawa anak ke taman.

Semaki sering anak berinteraksi dengan orang tua di lingkungan yang nyaman, maka rasa cemas tidak diserap anak. Namun demikian, orang tua harus mengenali mood mereka dengan baik.

Electroencephalography (EEG) data from six-month-old infants, whose mothers indicated a more negative mood two months after birth, revealed that these children had a less mature speech processing ability called the "mismatch response".

Dalam sebuah studi mempelajari efek mood ibu pada bayi menunjukkan bahwa ibu yang memiliki mood negatif setelah melahirkan anak menyebabkan anak memiliki kemmapuan yang lemah dalam memproses pembicaraan. Ini juga berdampak pada speech disorder. 

Jika ayah atau ibu sedang tidak memiliki mood menyenangkan, hindari bertatap muka dengan anak terlebih dahulu. Baiknya, tenangkan diri dengan berwudhu' atau shalat, baru kemudian berinteraksi dengan anak.

Kenapa harus menenangkan diri? anak memiliki kemampuan untuk mengetahui mood orang tuanya secara alami. Oleh sebab itu, anak akan merasa tidak nyaman saat berada disamping orang tuanya yang emosinya tidak stabil.

Intonasi: Anak juga mampu mengenali intonasi orang tua yang sedang marah, sedih, atau senang. Pada saat orang tua mengajak anak berbicara, sebaik mungkin untuk memakai intonasi yang lembut.

Intonasi bicara juga berdampak pada kemampuan anak memproses pesan dan pada akhirnya berdampak pada cara bicara. Akan lebh baik jika orang tua mengenali intonasi bicaranya sebelum berinteraksi dengan bayi.

Pada kondisi dimana orang tua sedang memiliki masalah, maka lebih baik menenangkan diri sebelum bertatapan wajah dan berbicara dengan anak.

Nah, anak juga sering melakukan hal yang bisa membuat orang tua marah, makanya penting untuk memahami bahwa apa yang dilakukan anak masih masuk katagori wajar.

Anak melakukan kesalahan karena mereka memang belum memahami konsep benar. Jadi, jangan memarahi anak atau menaikkan intonasi bicara pada anak saat menemukan anak sedang melakukan kesalahan.

Sebaliknya, tetaplah berbicara dengan nada yang baik agar anak memahami cara menyelesaikan masalah dengan baik pula. Membentak atau memarahi anak hanya akan mengajarkan sesuatu yang buruk pada anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun