Dalam lingkup pekerjaan ada dua jenis tipe pekerja: mereka yang bekerja seadanya asal akhir bulan dapat uang dan tipe satunya lagi adalah mereka yang bekerja dengan sebuah tujuan.
Ada satu istilah yang menggambarkan besarnya pendapatan pekerja, dikenal dengan sebutan the top 20 percent. Golongan ini biasanya masuk katagori pekerja yang pendapatannya besar.Â
Sementara, klasifikasi kedua adalah the top 80 percent. Satu perbedaan besar dari dua kelompok ini adalah besaran kenaikan pendapatan per tahun.Â
Orang-orang dalam lingkaran 20% mengalami peningkatan pemasukan 10-25% pertahun, sementara golongan 80% hanya mengalami kenaikan pemasukan 3%per tahun.
Menariknya, jika dilihat dari kacamata karir, hampir 80% pekerja di dunia adalah orang-orang yang berputar pada the top 80%. Ringkasnya, mereka hidup dengan pemasukan pas-pasan dan harus rela berada pada pusaran pekerjaan yang sama.
Ternyata, dinding pemisah diantara kedua golongan ini adalah bagaimana mereka mengelola waktu saat bekerja. The top 20%Â bekerja dengan sebuah visi, mereka menginvestasi waktu untuk belajar, mau bertanya, rela bekerja lebih banyak dan punya inisiatif.
Apa yang terjadi pada the top 80%? Golongan ini bekerja karena berharap uang, sehingga mereka enggan belajar hal baru, tidak mau bertanya, bekerja seadanya dan jarang memberikan inisiatif.
Di sini, tanpa disadari ada gap besar bak jurang pemisah. Dengan bahasa lain, golongan the top 80% akan terus berputar pada ritme kerja yang sama dan tidak mengupgrade diri untuk bisa naik ke posisi lebih tinggi.
Mindset menjadi penghambat terbesar golongan the top 80%, akhirnya mereka mau tidak mau harus rela dengan pemasukan yang relatif sama dan biaya hidup yang kian meninggi.