Ribet amat sih? Nah, disinilah kunci sebuah essay yang berbobot alias berkualitas. Dengan menerapkan tujuh langkah yang saya sebut di atas, saya menjamin kualiatas essay akan jauh lebih sempurna.
Jangan pernah langsung menulis sebuah essay. Selalu mulai dengan membuat draft, termasuk melakukan outline apa saja yang akan ditulis, cukup poin-poin saja.
Lalu, mulailah menulis secara kasar saja. Tujuannya untuk menuliskan ide yang sudah ditelurkan di tahap drafting. Kemudian baru tuliskan dengan benar secara grammar.
Saat selesai menulis essay, lakukan proofread. Ini penting sekali! Proofread bisa dilakukan sendiri untuk tahap awal, lalu bawa essay ke orang lain, bisa teman, mentor, atau mereka yang sudah berhasil mendapatkan beasiswa.
Proofread berfungsi untuk mengecek setidaknya tiga hal: idea, grammar, cohesion & coherence. Sebuah essay yang baik haruslah memiliki ide yang menarik, spesifik, terhubung dengan baik dan mengalir saat dibaca.
Kita tidak bisa mengandalkan pendapat pribadi saat membaca essay, seringkali ketika orang lain membaca essay akan ada banyak masukan (feedback) yang berharga.Â
Dengan feedback ini kita bisa memperbaiki lagi kualitas essay agar tidak ada kesalahan grammar dan sebuah ide dalam setiap kalimat terhubung dengan baik dan mudah dipahami.
Melatih skil Wawancara
Jika berhasil melaju ke tahap akhir seleksi beasiswa yaitu wawancara, maka seorang kandidat sudah berada pada pintu gerbang, tinggal mencari cara membukanya.
Tahap wawancara akan menyisihkan separuh pelamar. Jadi, di sini para pelamar beasiswa hanya butuh meyakinkan pihak sponsor. Para panelis sudah 70% menganggap kandidat layak diberikan beasiswa, tapi BUKTIKAN secara lisan.
Kenapa banyak yang gagal di wawancara? Dari pengalaman saya, jawabannya satu KURANG PERSIAPAN.Â
Setiap jenis beasiswa memiliki jenis pertanyaan yang berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada satu pertanyaan, pertanyaann akan mengarah ke essay yang sudah ditulis.