Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Keahlian yang Bukan pada Ahlinya

6 November 2022   13:10 Diperbarui: 6 November 2022   13:41 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar. www.freepik.com

Kemarin saya bertemu seorang teman lama. Terlihat ia sedang duduk bersama seseorang. Karena tujuan saya hanya hendak menyerahkan barang, maka saya menegurnya dari belakang.

Lalu, saya menanyakan. "siapa itu?" kawan saya menjawab, "oh itu teman, dia punya banyak keahlian loh, bisa buat skripsi orang, bisa ini dan itu"

Sejenak, saya sedikat terkesima dengan frasa "bisa buat skripsi orang". Saya bertanya dalam hati, sejak kapan buat skripsi orang dianggap sebuah keahlian.

Frasa seperti ini bukan kali pertama saya dengarkan, di beberapa kesempatan yang lain saya juga kerap menemukan istilah aneh ini dpakai oleh orang-orang yang salah menempatkan kata 'keahlian'.

Pernah saya merenung sejenak dan berpikir, apakah saat ini banyak orang yang menganganggap buat skripsi orang itu sebagai sebuah 'job' dengan sebuah keahlian?.

Ya, ini memang agak sulit untuk dicerna. Disatu sisi skripsi adalah sebuah hasil karya yang seharusnya dibuat oleh yang bersangkutan, disisi lain, ada yang menawarkan sesuatu yang mereka anggap sebuah 'keahlian'.

Terlepas dari apa yang dmaknai orang, sesuatu yang benar harus dipertahankan. Sebaliknya, sesuatu yang salah harus diluruskan.

Saya pernah beberapa kali mendapat tawaran meuliskan skripsi orang dengan bayaran yang lumayan, tiga jutaan minimal. Tapi, saya menolak dengan halus karena bagi saya itu sebuah kesalahan akademik.

Saya bahkan sering mendengar mereka yang menulis skripsi orang lain juga berlatangbelakang akademisi. Heran memang, kenapa mereka membenarkan kesalahan dan rela mengambil uang dalam pembodohan.

Betapa tidak! bayangkan saja jika mereka yang lolos dengan skripsi bodong, lalu menjadi orang penting semisal anggota DRPK atau pembuat kebijakan. Fatal sekali rasanya.

Bagaimana sebuah urusan bisa benar kalau yang buat kebijakan skripsinya hasil kerja orang lain. Nilai kejujuran ini mahal sekali harganya, hanya mereka yang punya integritas bisa mempertahankannya.

Kenapa banyak yang mau menjadi ahli penulis skripsi orang? jawabannya karena mereka tidak menanamkan nilai kejujuran dalam hidupnya. Akibatnya, mereka mencari uang dengan cara yang salah.

Berapa banyak orang bertambah bodoh dari hasil transaksi keahlian yang bukan pada tempatnya? jelas! banyak sekali dan tidak terhitung.

Makanya tidak heran kita melihat ada yang tidur saat rapat, ada yang tidak bisa mengambil keputusan, bahkan ada yang ngomong saja tidak jelas. Lantas, mereka mewakili rakyat untuk membuat sebuah keputusan penting. Hancur dah!

Siapapun kita dengan latar belakang apapun. Tanamkan prinsip jujur dalam hidup dan ajarkan kepada anak-anak kita dengan memperlihatkan contoh dalam sehari-hari.

Jika tidak, bisa jadi generasi kedepan akan membuat banyak keahlian yang bukan pada tempatnya. Keahlian-keahlian ini bukan hanya menyengsarakan orang banyak, namun bisa membunuh ribuan orang.

Ambil contoh sederhana sebuah keahlian struktur bangunan yang berada bukan pada tempatnya, lalu seberapa lama sebuah bangunan akan roboh?

Contoh lain, keahlian mengobati orang lain yang diambil alih oleh 'dokter-dokter ' hasil jalan pintas, siapa yang akan merugi nantinya?

Ya, memang sekilas kita tidak melihat efek nyata dari sebuah kejujurabn. Tapi, percayalah bahwa sebuah keahlian yang duduk dalam diri seorang yang jujur akan lebih bermanfaat daripada mereka yang tidak jujur.

Celakanya, saat keahlian terbenam dalam individu berhati kotor dan mendapatkan keahlian dengan tangan orang lain, maka tunggulah kehancuran yang mereka akibatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun