Contohnya, saat anak menangis apakah ibu atau ayah hanya membiarkan saja. Ketika anak meluapkan emosi dengan berteriak di depan orang ramai, apakah orangtua marah, membentak anak, atau menyapa dengan lembut?
Semua hal-hal simpel yang dilakukan orangtua sebagai respon terhadap kelakuan anak membentuk milyaran sel informasi yang satu sama lain terkoneksi di otak anak.
Lalu, otak akan memilah dan memilih mana yang akan menetap lama dan dibiarkan hilang. Rasa sayang melibatkan emosi dan disimpan lebih lama di otak anak pada bagian khusus.
Sama halnya seperti emosi marah dan takut juga tersimpan rapi di otak anak. Kemampuan orangtua memperlakukan anak dengan baik pada tempatnya sangat krusial untuk perkembangan otak anak.
Idealnya, rasa sayang kepada anak dominan terbentuk lebih cepat pada ibu. Dalam masa kandungan, ketika menyusui dan membersamai anak, rasa sayang akan terus bertambah.
Inilah mengapa seorang ibu akan terkesan tidak tega untuk mencubit anak dan merasa sangat kesal jika melihat anak disentuh atau diperlakukan dengan tidak baik.
Hal ini sedikit berbeda pada ayah, ikatan batin ayah dan anak akan terbentuk kuat saat ayah berjuang membersamai istri dari masa hamil sampai melahirkan.
Sikap tidak tega yang ada pada ibu melahirkan rasa sayang melebihi apa yang dipendam sang ayah. Wajar saja, seorang ibu sangat memproteksi anak ketimbang seorang ayah.
Namun, seorang ayah juga pada dasarnya menyimpan rasa sayang kepada anak dalam bentuk lain. Pemberian berbentuk mainan juga bagian dari luapan sayang yang ada pada seorang ayah.
Anak Tidak Belajar Hal yang Benar
Rasa sayang yang diberikan secara berlebihan bisa berpotensi membentuk informasi yang tidak benar di otak anak. Akibatnya, anak tidak menyimpan apa yang sebenarnya layak dilakukan pada kondisi tertentu.