Lidah lembut tak bertulang, merakit kata dalam cangkang. Nasib rakyat kian malang, menelan ludah yang mulai berkubang. Berkata indah dalam curang, mengharap simpati kaum ilalang.
Janji dulu kala terdengar manis, indah nan tertulis. Merangkul petani dengan segenap impian, menjual asa dalam tangis. Melihat peluang dalam jerit kaum minimalis, memperkaya kelompok kaum borjuis.Â
Kadang riang tidak berarti senang, terkesan baik namun perlahan menghilang. Berpaling sejenak ke arah belakang, mencari jalan pulang. Jutaan hutang terus membentang, melempar beban dalam ikat pinggang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H