"According to research done by UCLA, the average human being has around 70,000 thoughts per day. And out of those thoughts 80 percent of them are negative, with the majority of those thoughts carrying over to the next day."
Kutipan di atas saya dapat dari sebuah buku yang sedang saya baca, Millionaire Success Habits. Apa isi kutipan tersebut? begini bunyinya, hasil penelitian UCLA, rata-rata orang memiliki 70 ribu pikiran setiap hari, dan 80%nya adalah negatif, dimana mayoritas pikiran itu terbawa ke hari berikutnya.
Nah, apa kaitannya dengan berikat yang kita baca atau tonton setiap harinya?
Tanpa kita sadari, media cetak secara tidak langsung sengaja membuat berita terdengar negatif agar menarik perhatian pembaca. Mereka sengaja membuat judul provokatif agar jumlah pembaca meningkat dan jumlah uang yang dihasilkan lebih banyak.Â
Makanya, sampai hari ini dari 10 berita yang kita baca, 80% berisi berita negatif. Ya, bukan tanpa tujuan, karena semakin negatif sebuah berita, semakin mudah pembaca tertarik kedalamnya.
Pikiran kita sangat mempengaruhi tindakan. Artinya, kontrol dari tindakan kita ada pada otak. Sayangnya, apa yang diperintahkan otak erat hubungannya dengan apa yang kita masukkan kedalam pikiran kita.
Sebagai permisalan, Si A sering membaca koran dengan rata-rata berita tentang pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan, maka berita ini disimpan oleh otak yang kemudian di proses menjadi sebuah "mindset".
Lalu, karena terlalu sering membaca berita negatif, si A condong cemas dan memproteksi diri secara berlebihan. Tak hanya itu, anaknya ia ingatkan agar jangan sering keluar rumah dan selalu menghubunginya kemanapun ia pergi.
Mungkin, bagi si A apa yang ia lakukan adalah demi keamanan anaknya, tujuannya baik namun caranya terlalu berlebihan. Akhirnya, si anak merasa terlalu terkekang dan kadang tidak menuruti kata orangtuanya.
Apa Efek Berita terhadap Gaya Asuh?
Akibat dari komsumsi berita negatif orangtua condong lebih protektif kepada anak. Berita-berita negatif ini merasuki pikiran orangtua setiap harinya dan tanpa disadari membentuk pola gaya asuh yang negatif pula.
Dengan konsumsi berita negatif berlebihan, bagian otak bawah sadar membentuk visualisasi yang sebenarnya belum terjadi. Karena sering membayangkan kejadian-kejadian tertentu akibat interpretasi pikiran, orangtua akhirnya merasa khawatir terhadap anak.