Apalagi dengan berita saat ini, kecemasan lebih cepat dan mudah mengontrol pikiran karena fakta yang ditampikan mengesankan hidup semakin sulit dan kedepan pendidikan anak akan semakin sulit.
Berita yang kita baca belum tentu akan terjadi, namun pikiran negatif yang terbentuk dalam otak malah akan mempercepat sesuatu yang kita bayangkan bakal terjadi.
Contohnya, orang yang sedang mengidap penyakit diabetes selalu membaca berita negatif tentang diabetes maka lama kelamaan apa yang ia baca bisa memperburuk kondisi kesehatannya, kemudian visualisasi di pikiran mengarahkan tindakan sebagaimana yang ada dipikiran.
Apakah yang kita Pikirkan bisa Jadi Kenyataan?
Pikiran kita adalah akumulasi dari input yang kita serap, baik secara melihat atau mendengar. input ini menetap di otak dan membentuk database yang dipakai otak untuk mengirim sinyal ke anggota badan.
Misalnya, seorang ayah sering menonton berita tentang kenaikan biaya kuliah dan prediksi sulitnya pendidikan di masa depan, maka pikirannya membentuk database yang nantinya akan diterjemahkan oleh otak.
Jika informasi yang masuk ke otak sang ayah langsung dicerna mentah tanpa meninjau fakta di lapangan lebih lanjut atau mendengar beberapa pendapat pakar, dengan mudah pikiran akan membangun opini negatif.
Nantinya, orangtua akan merasa cemas dan khawatir bagaimana jika tidak mampu membiayai kuliah anak. Apa yang terjadi berikutnya, bisa saja orangtua lebih pesimis akan masa depan anak.
"Viewing negative news means that you're likely to see your own personal worries as more threatening and severe," psychologist Dr. Graham Davey told the Huffington Post.
Ahli psikologi, Dr. Graham memaparkan bahwa, dengan melihat berita negatif rasa khawatir akan lebih terasa mengancam atau malah memperparah keadaan.Â
Dengan membawa rasa cemas dan khawatir lebih besar, ini bisa berefek pada emosi dan perilaku anak juga. Anak yang orangtuanya sering merasa cemas akan membawa kecemasan dalam dirinya.
Efek dari kecemasan bisa menetap lama dalam pikiran dan menjadi memori pada bagian otak. Kecendrungan mengkonsumsi berita negatif membuat otak berlebihan menafsirkan suatu hal.
Dalam jangka panjang hal ini bisa membentuk sebuah belief yang terakumulasi menjadi values atau nilai-nilai kehidupan. Misalnya, kalau sekolah tidak perlu tinggi-tinggi nanti gak punya uang untuk bayar.