Kesalahan yang sering dilakukan orangtua adalah mengikuti keinginan anak. Saat anak tantrum orangtua akan panik dan condong membiarkan keinginan anak.
Dengan cara ini sebenarnya orangtua sedang mengajarkan hal yang buruk pada anak. Secara tidak langsung orangtua membolehkan sesuatu dengan cara menangis, mengamuk, dan emosi lainnya.
Misalnya, saat anak meminta mainan dan bersikeras mengambil lalu ia mennagis keras dan menjatuhkan diri ke lantai, maka orangtua yang tidak sabar akan langsung menyerah dan membiarkan anak memiliki keinginannya.
Padahal, jika ini terus dilakukan maka anak akan gagal belajar mengontrol dan mengelola emosi dengan benar. Akibat jangka panjang ia akan menjadi pribadi dewasa yang cepat marah dan mudah meluapkan emosi.Â
Sebaiknya, orangtua perlu memahami bahwa keinginan anak tidak selalu dan semuanya dikabulkan. Ada hal-hal yang tidak boleh disetujui walau saat mereka harus marah, sedih atau mengamuk.
Anak memang harus secara alamiah belajar memahami rasa senang, sedih, marah, kesal secara seimbang. Semua perasaan ini mulai dipelajari anak dari umur 1-4 tahun.Â
Adapun tantrum yang terjadi di usia 2-4 tahun masih masuk katagori wajar dan alamiah. Anak perlu mengalami perasaan marah, senang, sedih dan kesal tentunya dengan cara yang baik.
Tantrum umumnya terjadi dalam durasi 2-15 menit, sangat tergantung dengan kondisi anak. Namun jika melebihi 15 menit maka ini perlu ditindaklanjuti secara khusus.
Pola komunikasi dan interaksi orangtua dengan anak sangat menentukan kualitas tantrum. Anak bisa berhenti meluapkan emosi jika ditangani dengan cara tenang, atau malah semakin memburuk jika orangtua malah bersikap marah.
Melatih anak agar mampu mengontrol emosi dengan baik
Salah satu cara efektif mengajari anak meluapkan emosi dengan baik yaitu dengan hubungan yang baik antara anak dan orangtua. Komunikasi dan interaksi orangtua bersama anak menjadi kunci utama.